Fahd A Rafiq Singgung Kebakaran di Los Angeles Belum Juga Padam, Dari Konspirasi, Karma, Hingga Printing Money

Fahd A Rafiq mengungkapkan keprihatinan atas kebakaran Los Angeles yang belum padam, membahas spekulasi konspirasi, karma, dan dampak ekonomi dari bencana tersebut.

Fahd A Rafiq Singgung Kebakaran di Los Angeles Belum Juga Padam, Dari Konspirasi, Karma, Hingga Printing Money
Fahd A Rafiq Singgung Kebakaran di Los Angeles Belum Juga Padam, Dari Konspirasi, Karma, Hingga Printing Money. Gambar : BaperaNews/Dok. Istimewa

BaperaNews - Tragedi kebakaran yang melanda Los Angeles, California, hingga saat ini belum juga berhasil dipadamkan. Bahkan, api telah menyebar di 11 titik baru yang tidak dapat dijelaskan secara rasional. 

Fahd A Rafiq, Ketua Umum DPP Bapera, menyampaikan rasa simpati dan bela sungkawa atas kejadian tersebut, yang telah menyebabkan 27 korban jiwa dan 31 orang hilang, dengan kerugian material yang diperkirakan mencapai Rp 4.500 Triliun, hampir dua kali lipat dari APBN Indonesia. 

Ia menyoroti bahwa kebakaran ini sangat luar biasa dan terus menjadi perhatian publik di seluruh dunia.

“Kebakaran ini bukan hanya bencana alam, tapi juga menjadi fenomena yang tidak bisa diterima logika manusia. Kerugian ini sungguh sangat besar, dan hampir mustahil diterima oleh negara sebesar Amerika Serikat yang memiliki teknologi canggih,” ujar Fahd A Rafiq di Jakarta pada Jumat (17/1/2024).

Fahd menjelaskan bahwa kebakaran di Los Angeles sudah berlangsung lebih dari seminggu sejak api pertama kali muncul pada 7 Januari 2024. Wilayah yang terdampak meliputi Palisades, Eaton, Hurst, dan Ventura County. Sebanyak 16.425 hektar telah terbakar atau terkena dampaknya.

Hingga kini, 8.500 petugas pemadam kebakaran masih berjuang melawan api di tengah ancaman yang terus membesar, dengan lebih dari 6,5 juta orang yang masih berada dalam bahaya.

Menurut perkiraan AccuWeather, kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kebakaran ini diperkirakan mencapai antara $250 miliar hingga $275 miliar, menjadikannya bencana alam termahal dalam sejarah AS, bahkan melampaui Badai Katrina pada tahun 2005.

“Bencana kebakaran hutan ini sangat viral karena menimpa negara sekuat dan semaju Amerika Serikat,” tambah Fahd A Rafiq.

Di tengah situasi tersebut, ada lebih dari 160 warga negara Indonesia yang masih mengungsi akibat kebakaran ini. Berita kebakaran Los Angeles terus menghiasi media massa di Indonesia dan dunia.

Banyak spekulasi yang berkembang, mulai dari teori mengenai pembangunan Kota AI yang mengharuskan wilayah tersebut diratakan, hingga dugaan karma dan azab dari Tuhan, sabotase dari pihak tertentu, bahkan konspirasi politik terkait kebakaran di California.

Fahd A Rafiq melanjutkan, "Apakah ini disengaja atau murni akibat alam? Atau mungkin ini adalah kehendak Tuhan? Sudah lebih dari seminggu, api di Los Angeles belum juga padam. Ada lebih dari 150.000 korban yang mengungsi dan jutaan orang lainnya yang terancam. Mereka terjebak tanpa air dan listrik, sementara kebakaran ini terus berlangsung di negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia."

Baca Juga : Fahd A Rafiq Siap Bantu Pemerintah di Bidang Teknologi untuk Memproduksi Chip Semi Konduktor

Fahd menggambarkan betapa besar dampak kebakaran ini, dengan membandingkannya dengan Jakarta.

"Bayangkan jika Bintaro yang seluas 1.000 hektar dan BSD seluas 6.000 hektar terbakar habis. Atau bayangkan jika Jakarta Selatan, dari Senayan City hingga Pondok Indah yang luasnya sekitar 8.000 hektar, terbakar seluruhnya. Kebakaran ini sangat besar dan menghancurkan wilayah yang menjadi pusat industri, seperti Los Angeles yang merupakan kota Hollywood dan pusat film dunia."

Melihat data per 8 Januari 2024, kebakaran telah menghanguskan 6.500 hektar, dan pada 9 Januari, luasnya meluas menjadi 8.000 hektar.

Pada 10 Januari, api sudah meluas hingga 8.800 hektar dan terus berkembang hingga 9.200 hektar pada 11 Januari, hampir setara dengan melalap hampir seluruh wilayah Jakarta Barat. 

Gubernur California, Gavin Newsom, mengonfirmasi bahwa lebih dari 20.000 struktur bangunan telah terancam, dengan total area yang terbakar mencapai 16.300 hektar.

Fahd A Rafiq juga mempertanyakan, “Apakah ini merupakan pertarungan antara Partai Republik dan Demokrat?” Hal ini mengingat adanya ketegangan antara tokoh-tokoh politik seperti Elon Musk dari Partai Republik dan Gubernur Gavin Newsom dari Partai Demokrat.

Di Indonesia, kerugian besar yang diderita oleh Amerika Serikat akibat kebakaran ini dibandingkan dengan jumlah dana yang mereka keluarkan untuk mendukung operasi militer Israel di Gaza.

"Kerugian material yang ditimbulkan oleh kebakaran ini mencapai sekitar 60 miliar dolar atau hampir 900 triliun rupiah. Tetapi, apakah Amerika Serikat akan benar-benar rugi? Tidak, karena mereka bisa 'printing money' untuk menutupi kerugian ini, khususnya untuk proyek-proyek berbasis Artificial Intelligence (AI)," kata Fahd.

Fahd juga mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah mengeluarkan sekitar 22 miliar dolar atau setara dengan 356 triliun rupiah untuk mendukung operasi militer di Gaza, yang merambat ke Libanon dan Suriah sejak Oktober 2023.

Seiring dengan meningkatnya pengiriman senjata ke Israel, ia mempertanyakan apakah Indonesia juga siap melakukan hal serupa, yakni "printing money" berbasis proyek. 

"Apakah Indonesia siap melakukan hal ini dalam menghadapi tantangan besar di masa depan?" tutup Fahd, yang juga merupakan dosen di kampus negeri di Malaysia.

Baca Juga : Fahd A Rafiq: Memahami Cara Tiongkok dan Amerika Bernegara, Indonesia yang Mana?