Fahd A Rafiq Siap Bantu Pemerintah di Bidang Teknologi untuk Memproduksi Chip Semi Konduktor
Fahd A Rafiq dorong kedaulatan digital Indonesia dengan pengembangan teknologi chip semi konduktor, tekankan pentingnya SDM dan infrastruktur.
BaperaNews - Ketua Umum DPP BAPERA, Fahd El Fouz A Rafiq mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa terus bergantung pada chipset semi konduktor dari luar negeri.
Oleh karena itu, penting untuk segera membangun kedaulatan digital dan mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan internasional.
Hingga saat ini, Indonesia belum mampu memproduksi chip semi konduktor secara masif. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidang teknologi.
Fahd A Rafiq mengungkapkan bahwa di tengah upaya Presiden Prabowo Subianto mengejar ketertinggalan teknologi, Indonesia harus lebih serius dalam mengembangkan sektor ini.
“Indonesia belum bisa memproduksi chip secara besar-besaran, tetapi beberapa langkah sudah diambil untuk mendukung industri semikonduktor,” kata Fahd di Jakarta, Selasa (14/1).
Beberapa perusahaan di Indonesia telah memulai langkah awal dalam pengembangan chip. Misalnya, PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP) yang memproduksi smart card dan scratch card untuk ponsel.
Sementara Xirka bekerja sama dengan Pusat Antar Universitas (PAU) Mikrolektronika Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk merancang chip. Selain itu, PT Infineon Technologies Batam, perusahaan asal Jerman, memproduksi chip semikonduktor di Batam.
Indonesia juga memiliki kemampuan memproduksi bahan baku chip seperti selenium.
Baca Juga: Fahd A Rafiq Usulkan Olahraga Jadi Daya Tarik Investor Asing
Namun, produksi semikonduktor memerlukan infrastruktur dan teknologi canggih, yang membutuhkan investasi besar serta keahlian tinggi.
Fahd menyoroti bahwa kualitas SDM di Indonesia masih belum memadai untuk mengembangkan sektor ini secara maksimal.
Fahd menyebutkan bahwa saat ini dunia didominasi oleh chipset Snapdragon dari Amerika Serikat, diikuti oleh Taiwan dengan Mediatek Helio, Samsung dengan Exynos, serta Huawei dengan Kirin.
“Pertanyaannya adalah kapan Indonesia bisa memproduksi chipset sendiri dan berdaulat di bidang teknologi? Apakah kita akan terus bergantung pada negara lain?” ujarnya.
Fahd A Rafiq menjelaskan bahwa ia memiliki jaringan keturunan India yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar seperti YouTube, Microsoft, Adobe, Micron Technology, dan IBM.
Jaringan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagi ilmu dan memperdalam teknologi yang saat ini masih kurang berkembang di Indonesia.
Ia juga menyarankan pemerintah untuk membangun sekolah khusus yang fokus pada pengembangan teknologi chipset semi konduktor.
“Kita harus menarik putra-putri terbaik bangsa yang bersekolah di Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok agar dapat mengembangkan teknologi chipset semi konduktor di Indonesia. Dengan begitu, kita bisa mencapai kedaulatan di bidang teknologi digital,” tutup Fahd yang juga merupakan dosen di Malaysia.
Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq Dukung Penuh Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia 2026