Donald Trump Resmi Kenakan Tarif Impor Tinggi untuk China, Meksiko, dan Kanada

Donald Trump terapkan tarif impor 25% untuk barang dari Meksiko, Kanada, dan 10% untuk China. Kebijakan ini bisa pengaruhi inflasi dan perekonomian global.

Donald Trump Resmi Kenakan Tarif Impor Tinggi untuk China, Meksiko, dan Kanada
Donald Trump Resmi Kenakan Tarif Impor Tinggi untuk China, Meksiko, dan Kanada. Gambar : Reuters/Leah Millis

BaperaNews - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, akhirnya menerapkan kebijakan tarif impor yang telah lama direncanakannya. 

Pada hari Sabtu (1/2), Donald Trump menandatangani perintah yang mengenakan tarif sebesar 25% untuk barang-barang yang diimpor dari Meksiko dan Kanada, serta bea masuk sebesar 10% untuk produk China. 

Kebijakan ini merupakan langkah terbaru dalam upaya Donald Trump untuk menegosiasikan kebijakan luar negeri AS, terutama terkait masalah perdagangan dan imigrasi.

Keputusan tersebut menyasar produk-produk dari tiga negara mitra dagang utama ASM, yakni Meksiko, Kanada, dan China. Nilai perdagangan tahunan AS dengan ketiga negara ini mencapai total US$ 1,6 triliun, yang menunjukkan betapa pentingnya dampak kebijakan ini terhadap perekonomian global.

Dalam perintah yang dikeluarkan, Donald Trump juga menetapkan tarif sebesar 10% pada sumber daya energi yang diimpor dari Kanada. Tarif baru ini dijadwalkan mulai berlaku pada hari Selasa (4/2).

Salah satu alasan di balik kebijakan tarif impor ini adalah untuk memanfaatkan tarif sebagai alat tawar-menawar. Donald Trump berusaha menggunakan tarif ini untuk mengubah kebijakan luar negeri AS, khususnya yang berkaitan dengan perdagangan narkoba dan imigrasi ilegal. 

Menurut Peter Navarro, penasihat perdagangan Donald Trump, tarif tersebut juga berhubungan dengan masalah penyelundupan fentanil dari China dan Meksiko yang dianggap telah menyebabkan banyak kematian di AS. 

"Jumlah orang yang meninggal setiap tahun di Amerika karena fentanil hampir sama dengan jumlah orang yang masuk ke Superdome pada saat Super Bowl," ujar Navarro dalam wawancara yang dilakukan pada 31 Januari 2025.

Baca Juga : Donald Trump Setop Pasokan Obat Malaria, TBC hingga HIV untuk Negara Miskin di Seluruh Dunia

Namun, kebijakan ini menuai kritik dari berbagai kalangan, terutama para ekonom yang khawatir akan dampaknya terhadap inflasi dan daya beli konsumen.

Mereka berpendapat bahwa tarif yang tinggi ini akan menyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih mahal, yang pada akhirnya akan membebani konsumen dalam negeri. 

Meskipun demikian, Donald Trump tetap mempertahankan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri AS dan untuk menciptakan kesepakatan perdagangan yang lebih adil bagi negara tersebut.

Dalam wawancara di Ruang Oval pada Jumat (31/1), Donald Trump menegaskan bahwa keputusan untuk mengenakan tarif impor ini "murni ekonomi." 

Ia berpendapat bahwa dengan mengenakan tarif tinggi pada barang-barang dari negara-negara mitra dagang utama seperti Kanada, Meksiko, dan China, AS dapat memperoleh lebih banyak pendapatan serta mengurangi ketergantungan pada produk impor. 

Meskipun demikian, kebijakan ini diprediksi dapat memperburuk tekanan inflasi yang sudah mulai mereda. Data dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa inflasi yang dipantau oleh Federal Reserve meningkat menjadi 2,6% pada bulan Desember 2024, sebuah angka yang mungkin memperburuk keadaan ekonomi.

Selain mengenakan tarif impor untuk barang-barang dari Meksiko, Kanada, dan China, Donald Trump juga berencana untuk mengenakan tarif tambahan pada berbagai produk lain, termasuk microchip, baja, aluminium, minyak dan gas, tembaga, serta produk farmasi, terutama obat-obatan. 

DonaldTrump juga menegaskan bahwa tarif ini bisa diperluas lagi, bahkan kepada negara-negara seperti Uni Eropa jika mereka tidak mengikuti kebijakan perdagangan yang dianggap tidak menguntungkan bagi AS.

Baca Juga : Dianggap Sebagai Penipu dan Menguras Uang Negara, Donald Trump Tarik AS dari WHO