Fahd A Rafiq: Memahami Cara Tiongkok dan Amerika Bernegara, Indonesia yang Mana?

Fahd A Rafiq mengulas perbedaan gaya pemerintahan Tiongkok dan Amerika serta keunikan Indonesia. Era Prabowo, pilih gaya Demokrat atau Republik?

Fahd A Rafiq: Memahami Cara Tiongkok dan Amerika Bernegara, Indonesia yang Mana?
Fahd A Rafiq: Memahami Cara Tiongkok dan Amerika Bernegara, Indonesia yang Mana? Gambar : Instagram/@fahdarafiq

BaperaNews - Dalam memahami arah perkembangan dunia saat ini, penting untuk melihat bagaimana Amerika Serikat dan Tiongkok menjalankan pemerintahan mereka. 

Menurut Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq Amerika Serikat memiliki sistem yang telah matang sehingga siapa pun presidennya, kebijakan luar negerinya cenderung konsisten. 

"Fokus mereka tetap pada dominasi dolar, minyak bumi, pangan, kesehatan, dan bahkan cuaca. Hal ini tidak terlepas dari status Amerika sebagai pemenang Perang Dunia II dan Perang Dingin melawan Uni Soviet," ujar Fahd di Jakarta, Selasa (14/1).

Fahd menjelaskan bahwa Tiongkok memiliki dinamika pemerintahan yang berbeda.

Ia menggambarkan kepemimpinan Mao Zedong seperti Partai Demokrat di Amerika, sementara Deng Xiaoping lebih menyerupai Partai Republik. 

“Deng Xiaoping, Jiang Zemin, dan Hu Jintao membentuk sebuah trilogi kepemimpinan, tetapi Xi Jinping adalah sosok yang kembali ke era Mao Zedong dengan gaya pemerintahan yang sangat mengandalkan kendali pemerintah,” katanya.

Menurut Fahd, gaya kepemimpinan Xi Jinping menandai pergeseran besar di Tiongkok.

“Xi Jinping membawa dendam lama kepada Deng Xiaoping, yang pernah memenjarakan ayahnya. Ketika Xi berkuasa, ia mulai menyisihkan kelompok Shanghai, termasuk Jack Ma dan para miliarder yang lahir di era Jiang Zemin dan Hu Jintao. Gaya kepemimpinan Xi yang pro-pemerintah sangat berbeda dengan pendekatan pro-swasta di era Deng Xiaoping,” jelasnya.

Ia juga menyoroti bagaimana perubahan ini memengaruhi ekonomi dan politik Tiongkok. Fahd mencontohkan penurunan drastis kekayaan Jack Ma sebagai salah satu implikasi kebijakan Xi Jinping yang lebih menekankan kontrol pemerintah.

Baca Juga: Fahd A Rafiq Siap Bantu Pemerintah di Bidang Teknologi untuk Memproduksi Chip Semi Konduktor

Fahd kemudian membandingkan sistem pemerintahan Tiongkok dan Amerika Serikat dengan Indonesia. Menurutnya, Indonesia cenderung mirip dengan gaya pemerintahan Partai Demokrat di Amerika dan Xi Jinping di Tiongkok.

“Sejak era Reformasi hingga Presiden ketujuh, Indonesia cenderung mirip dengan gaya Partai Demokrat di Amerika atau gaya Xi Jinping di Tiongkok yang menekankan kendali pemerintah. Namun, di era Presiden Prabowo Subianto, apakah Indonesia akan memilih pendekatan Demokrat atau Republik? Yang jelas, Presiden Prabowo mengamalkan UUD 1945 dan Pancasila sebagai landasan utama cara bernegaranya,” ujarnya.

Fahd juga menyinggung peristiwa Tiananmen tahun 1989 yang kembali menghantui Beijing di tahun 2022.

Ia menggambarkan gelombang demonstrasi besar-besaran di delapan kota di Tiongkok daratan yang menuntut kebebasan dan pengunduran diri Xi Jinping.

“Teriakan seperti ‘Xi Jinping mundur’ dan ‘Partai Komunis Tiongkok dibubarkan’ mencerminkan keresahan rakyat. Peristiwa ini sangat tabu di Tiongkok daratan, tetapi menjadi cermin dari tekanan yang dirasakan masyarakat terhadap kepemimpinan Xi Jinping,” kata Fahd.

Ia juga mengenang peran Jiang Zemin sebagai sosok yang dianggap menyelamatkan ekonomi Tiongkok setelah tragedi Tiananmen.

Jiang tidak mengubah Tiongkok menjadi negara demokrasi, tetapi memperkenalkan kapitalisme ke dalam sistem ekonomi sosialis yang unik.

Di akhir pembicaraannya, Fahd menyoroti keunikan sistem bernegara di Indonesia.

“Indonesia berbeda dengan negara-negara lain. Di sini, tidak ada dendam politik yang mendalam. Contohnya adalah dipilihnya Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Joko Widodo jilid II, meskipun sebelumnya keduanya adalah kompetitor di Pilpres 2019. Inilah Indonesia, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Negara lain mungkin sulit meniru keunikan kita,” tutup Fahd, yang juga seorang dosen di Malaysia.

Baca Juga: Fahd A Rafiq Ungkap Alasan BAPERA Rutin Adakan Pelatihan Bela Negara