Fahd A Rafiq : Indonesia Harus Memiliki GBHN Sendiri
Fahd A Rafiq menegaskan bahwa Indonesia harus memiliki Garis-Garis Besar Haluan Negara atau GBHN sendiri jangan selalu ikut dengan negara lain.
BaperaNews - Garis-Garis Besar Haluan Negara atau GBHN merupakan haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat Indonesia secara menyeluruh dan terpadu. GBHN ditetapkan oleh MPR untuk jangka waktu 5 tahun.
Namun, dengan adanya Amandemen UUD 1945, terjadi perubahan peran MPR dan Presiden, maka GBHN sudah tidak berlaku lagi.
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq bertanya, “mengapa Indonesia masih ikut GBHN negara lain?, mengapa Indonesia harus ikut Belt Road Initiative (BRI) milik Tiongkok?, dan mengapa Indonesia harus ikut aturan IMF milik Amerika?”
“Indonesia harus punya kedaulatan, apabila target emas Indonesia di 2045,” tegas Fahd A Rafiq di Kantor DPP Bapera, Jakarta pada Selasa, (2/8).
Fahd A Rafiq menegaskan “Indonesia ini seperti mobil Ferrari yang di gas dengan kecepatan 30 km/jam, kalau di MotoGP seperti Ducati Desmosedici yang mampu gas pol kencang. baik di trek lurus ataupun tikungan.”
“Selain itu, jika di dalam film animasi Captain Tsubasa Indonesia, striker sedang dihadang dua bek tangguh, ketika ingin menciptakan gol harus melompati dua sliding tackle dua bek hebat yang tadi. Setelah itu, shooting ke pojok tiang jauh dengan keras, baru berhasil tercipta gol. Jadi, semua unsur itu sudah ada di Indonesia, nah tinggal pandai memainkan saja dan jeli untuk melihat peluang.” lanjut Fahd A Rafiq seperti di lansir dari Baperanews.com.
Menurutnya, Indonesia jangan sampai seperti katak dalam panci lalu direbus hidup-hidup, Indonesia harus sama dengan negara lain menggunakan Ilmu Cerdik ala Abu Nawas, jangan sampai Indonesia terus dimanfaatkan dengan negara dua besar tadi.
Tak hanya itu, Fahd A Rafiq juga mengingatkan untuk bersiap-siap karena Timor Leste akan menjadi Norwegia dari Selatan. Jangan kaget kalau Timor Leste dalam 3 tahun kedepan akan melewati GDP Indonesia. Sebab, dalam 5 tahun, GDP Indonesia menjadi 7000 Dollar dalam dua kali di atas Timor Timur, Indonesia jauh lebih besar, karena Indonesia mempunyai SWF.
Baca Juga : Fahd A Rafiq: Resep Hidup Sukses Salah Satunya Adalah Manajemen Waktu
“Penasehat keuangan, William Michael diminta untuk menjadi penasehat keuangan Negara Timor Leste. Amerika tahun 1971 menggunakan MMT, melepas jaminan emas untuk Printing Money. MMT itu Shadow Government saja yang melakukannya dan internasional belum terbuka,” jelas Fahd A Rafiq.
Secara Internasional pada saat itu, tercipta 2 strategi, yang satu untuk di permukaan dan yang satu lagi untuk shadow.
Strategi yang di permukaan disebut Fake Knowledge, tentang ekonomi yang dibiarkan tumbuh liar di kepala para ekonom, para teknokrat, orang pintar dan yang berada di bangku sekolah. Sedangkan Strategi Shadow Government tidak melakukan apa yang teori ekonomi lakukan.
Pada 1989, China mengikut MMT (Modern Monetary Theory ) untuk menciptakan dua mata uang yaitu Renminbi dan Yuan. Renminbi dicetak berdasarkan project based. MMT baru terkenal pada 2009 yang saat itu menyatakan Keynesian is Dead.
Lalu, pada 2009 Norwegia menjadi negara penerbit SWF dan memakai MMT untuk kemajuan ekonominya. Pada 2019, Uni Emirat Arab dan Turki menggunakan MMT, dan 2020 Timor Leste juga menggunakan MMT. Selain itu, pada 2022 Saudi Aramco menerbitkan SWF.
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) selalu dibuat oleh negara lain dan Indonesia juga mengikuti GBHN negara lain, ini merupakan pertanyaan yang terus berulang di kepala warga negara Indonesia.
“Negara adalah Money Creator sedangkan swasta adalah Money User. Indonesia harus mengikuti American Standard. Jadi, Indonesia ini adalah swasta karena menggunakan uang Amerika. Hingga detik ini Negara Money Creator menjadi jaminan hutang dan menjadi solusi untuk Indonesia,” kata Fahd A Rafiq.
Menko RI, Luhut Binsar Panjaitan saat di tanya oleh Deddy Corbuzier dalam podcast di YouTube, ia berkata “Ketika Indonesia ingin menjadi negara maju, pasti posisi Indonesia dipersulit dan dihadang habis-habisan.”
“Intinya, Indonesia harus kembali pada habitat aslinya yaitu menjadi negara pengendali, sponsor country dan harus menjadi raja di semua kawasan, yang masih menjadi pertanyaan adalah “kapan kita punya GBHN sendiri dan kapan kita gunakan MMT (Modern Monetary Theory),” tutup Fahd A Rafiq.
Penulis: ASW