BRIN: Angin Puting Beliung di Rancaekek Bandung Tornado Pertama di Indonesia!

Angin puting beliung di Rancaekek, Bandung, mencatat sejarah sebagai tornado pertama yang melanda Indonesia. Simak Berita Selengkapnya di sini!

BRIN: Angin Puting Beliung di Rancaekek Bandung Tornado Pertama di Indonesia!
BRIN: Angin Puting Beliung di Rancaekek Bandung Tornado Pertama di Indonesia!. Gambar: Kolase Foto Tangkapan Layar TikTok/@setiaproject2

BaperaNews - Sebuah kejadian langka terjadi di Rancaekek, Bandung, yang menandai sejarah Indonesia sebagai negara yang mengalami tornado pertama. Angin puting beliung dahsyat melanda wilayah tersebut pada Rabu (21/2/2024) sore, mengakibatkan kerusakan signifikan dan meninggalkan jejak kehancuran.

Menurut laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat, angin puting beliung terjadi di dua lokasi utama: Kecamatan Jatinangor, Sumedang, sekitar jam 16.00 WIB, dan Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, pada sore hari. 

Badai ini merambah dari perbatasan Kabupaten Sumedang hingga Kabupaten Bandung, menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi warga dan infrastruktur setempat.

Ahli klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengklasifikasikan bencana tersebut sebagai badai tornado, sebuah fenomena langka di Indonesia. 

Erma Yulihastin menekankan bahwa prediksi "extreme event" yang dilakukan oleh tim KAMAJAYA pada (21/02/2023) telah terbukti tepat, mengingat kejadian tersebut terjadi sesuai dengan perkiraan.

Erma Yulihastin menjelaskan bahwa tornado memiliki perbedaan signifikan dengan angin puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia. Tornado memiliki kekuatan angin yang lebih tinggi dan radius yang lebih luas. 

Baca Juga : BMKG Ungkap Dampak Fenomena El Nino dan IOD di Indonesia

Menurut kajiannya di BRIN, angin puting beliung terkuat hanya mencapai 56 km/jam, sementara tornado memiliki kecepatan angin minimal 70 km/jam. 

Hal tersebut menunjukkan tingkat kekuatan dan bahaya yang lebih besar dari tornado dibandingkan dengan angin puting beliung.

Selain itu, durasi bencana tersebut juga menimbulkan kekhawatiran, karena tornado memiliki durasi yang lebih lama daripada angin puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia. 

Kejadian angin puting beliung Rancaekek ini menjadi sorotan utama bagi para ilmuwan dan peneliti cuaca untuk melakukan rekonstruksi dan investigasi lebih lanjut.

Menurut analisis sementara BMKG Jabar, beberapa faktor utama yang memicu terjadinya fenomena ini antara lain adalah suhu muka laut yang hangat di sekitar wilayah Indonesia, keberadaan sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatra, dan indeks labilitas yang tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat.

Badai tornado pertama di Indonesia ini wajib menjadi peringatan penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Kejadian angin puting beliung Rancaekek, Bandung menunjukkan bahwa meskipun jarang terjadi, Indonesia juga rentan terhadap fenomena alam yang jarang terjadi seperti tornado. 

Fenomena angin puting beliung Rancaekek juga menjadi pelajaran berharga bagi negara-negara tropis lainnya, yang rentan terhadap perubahan iklim dan fenomena cuaca ekstrem, untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi ancaman serupa.

View this post on Instagram

A post shared by Bapera News (@baperanews)

Baca Juga : Ahli Beri Alasan Ilmiah Soal Fenomena Daratan Mekkah Menghijau