Alasan Brasil Blokir X Punya Elon Musk
Brasil memblokir akses ke platform X milik Elon Musk setelah gagal memenuhi perintah pengadilan.
BaperaNews - Brasil telah memblokir akses ke platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, setelah perusahaan tersebut gagal memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan oleh hakim Mahkamah Agung Brasil.
Pemblokiran ini merupakan hasil dari perselisihan yang dimulai sejak April 2024, ketika hakim Alexandre de Moraes memerintahkan penangguhan puluhan akun di X karena diduga menyebarkan disinformasi.
Hakim Moraes, dalam pernyataannya pada Sabtu (31/8), menegaskan bahwa X dilarang beroperasi di Brasil sampai platform tersebut mematuhi semua perintah pengadilan. Selain itu, X juga diharuskan membayar denda yang telah dikenakan.
Perintah ini mencakup penangguhan langsung dan menyeluruh terhadap X, serta memberi tenggat waktu lima hari bagi perusahaan teknologi seperti Apple dan Google untuk menghapus aplikasi X dari app store mereka dan memblokir penggunaannya pada perangkat iOS dan Android.
Perselisihan ini bermula ketika hakim Alexandre de Moraes memerintahkan pemblokiran puluhan akun di X karena dicurigai menyebarkan disinformasi.
Akun-akun yang diblokir tersebut kebanyakan merupakan pendukung mantan presiden sayap kanan Brasil, Jair Bolsonaro. Moraes mengungkapkan bahwa perusahaan akan diminta bertanggung jawab jika akun-akun tersebut diaktifkan kembali.
Baca Juga: Operasional X Bakal Disetop di Brasil, Ini Penyebabnya!
Tanggapan dari pemilik X, Elon Musk, tidak kalah kontroversial. Melalui unggahan di X, Musk mengkritik keras keputusan hakim tersebut. Ia menyatakan bahwa kebebasan berbicara adalah landasan demokrasi dan menganggap tindakan hakim tersebut sebagai ancaman terhadap demokrasi.
"Kebebasan berbicara adalah landasan demokrasi, dan seorang hakim semu yang tidak dipilih di Brasil menghancurkannya untuk tujuan politik," tulis Musk.
Musk menegaskan bahwa perintah Moraes untuk menutup X di Brasil dianggapnya sebagai langkah ilegal dan menyatakan tidak akan mematuhi perintah tersebut. X juga menegaskan bahwa mereka tidak akan tunduk pada perintah yang dinilai melanggar hukum Brasil.
"Masalah mendasar di sini adalah bahwa Hakim de Moraes menuntut kami melanggar hukum Brasil sendiri. Kami tidak akan melakukan itu," tegas pernyataan resmi X.
Tindakan ini juga berdampak pada perusahaan lain yang dimiliki Musk. Rekening bank perusahaan internet satelit miliknya, Starlink, dibekukan di Brasil berdasarkan perintah pengadilan.
Starlink, yang merupakan anak perusahaan dariĀ Space X, diduga bertanggung jawab atas denda yang dikenakan secara tidak konstitusional terhadap X. Dalam tanggapannya, Musk menyatakan bahwa SpaceX dan X adalah dua perusahaan yang berbeda dengan pemegang saham yang berbeda pula.
Brasil, sebagai negara terbesar di Amerika Selatan, memiliki potensi besar bagi Starlink, terutama dalam menyediakan layanan internet ke daerah-daerah terpencil di wilayah Amazon.
Pada tahun 2022, pemerintah Presiden Bolsonaro memberi lampu hijau kepada Starlink untuk beroperasi di Brasil. Namun, dengan adanya blokir terhadap X dan pembekuan rekening bank Starlink, hubungan antara perusahaan milik Musk dan otoritas Brasil semakin memburuk.
Hakim Alexandre de Moraes sendiri telah menjadi sorotan setelah sejumlah keputusannya yang membatasi platform media sosial di Brasil.
Ia juga sedang menyelidiki mantan presiden Jair Bolsonaro dan para pendukungnya terkait dugaan percobaan kudeta pada Januari 2023.
Moraes tidak hanya memerintahkan penangguhan akun-akun X yang menyebarkan disinformasi, tetapi juga memberi peringatan bahwa penggunaan VPN atau sarana lain untuk mengakses X di Brasil dapat mengakibatkan denda sebesar 50.000 real atau sekitar Rp138 juta.
Sebelum kasus ini, beberapa platform media sosial lainnya juga mengalami tekanan dari otoritas Brasil. Pada tahun 2023, aplikasi pesan Telegram sempat diblokir sementara karena gagal memenuhi permintaan untuk memblokir profil tertentu.
Layanan pesan milik Meta, Whatsapp, juga menghadapi pemblokiran sementara pada tahun 2015 dan 2016 karena menolak memberikan data pengguna kepada pihak berwenang.
Baca Juga: Ini Alasan Elon Musk Gagal Buat Pabrik Tesla di Thailand