30 Ribu Pekerja Boeing Mogok Kerja selama 4 Hari di AS
Lebih dari 30 ribu pekerja Boeing di AS mogok kerja selama empat hari menuntut kenaikan upah dan pemulihan tunjangan pensiun.
BaperaNews - Lebih dari 30 ribu pekerja Boeing di Amerika Serikat telah mogok kerja selama empat hari hingga Senin (16/9).
Aksi ini melibatkan pekerja di pabrik-pabrik Boeing di pesisir barat AS, dengan tuntutan utama terkait kenaikan upah dan pemulihan tunjangan pensiun yang telah dihapus. Negosiasi antara pihak perusahaan dan serikat pekerja dijadwalkan dilanjutkan pada Selasa (17/9).
Serikat pekerja terbesar di Boeing, Asosiasi Masinis dan Pekerja Dirgantara Internasional (IAM), sebelumnya menolak tawaran kontrak dari Boeing.
Kontrak tersebut mencakup kenaikan gaji 25 persen yang dibagi dalam empat tahun, namun menghapus tunjangan kinerja tahunan. IAM menuntut perbaikan lebih lanjut, terutama dalam hal upah dan tunjangan.
Negosiasi kontrak baru akan dimediasi oleh perwakilan federal bersama perwakilan serikat pekerja dan Boeing pada Selasa.
Jon Holden, negosiator utama dari IAM, mengatakan bahwa para pekerja mengharapkan Boeing meningkatkan tawaran upah mereka.
Selain itu, mereka menuntut agar tunjangan pensiun yang dicabut 10 tahun lalu dikembalikan sebagai imbalan untuk mempertahankan produksi pesawat di Negara Bagian Washington.
Baca Juga: CEO Yamaha Diserang oleh Putrinya Sendiri!
Meskipun banyak pekerja tidak berharap Boeing mengembalikan tunjangan pensiun secara langsung, beberapa anggota serikat pekerja melihat tuntutan tersebut sebagai alat untuk menegosiasikan peningkatan kontribusi pensiun dan gaji yang lebih besar.
Dua sumber dari serikat pekerja mengindikasikan bahwa fokus utama adalah memperbaiki upah dan jaminan pensiun di masa depan.
Para pekerja yang sedang melakukan piket di sekitar pabrik Boeing di Seattle tampak optimis. Mereka berharap aksi mogok ini akan menghasilkan kesepakatan yang lebih baik dibandingkan dengan tawaran sebelumnya.
Menurut para pekerja, tuntutan mereka mencerminkan kekecewaan yang telah berlangsung lebih dari satu dekade, di mana kenaikan upah mereka tertinggal dari inflasi, sementara eksekutif perusahaan menerima bonus besar.
Pemogokan ini merupakan yang kedelapan kalinya dilakukan sejak IAM berdiri pada 1930.
Dalam sejarah pemogokan, dua aksi mogok terakhir terjadi pada 2008 dan 2005, yang masing-masing berlangsung selama 57 hari dan 28 hari. Seperti pada pemogokan-pemogokan sebelumnya, para pekerja tidak akan menerima gaji selama aksi berlangsung.
Namun, serikat pekerja memberikan kompensasi sebesar US$250 per minggu (sekitar Rp3,8 juta) kepada mereka yang mengikuti pemogokan.
Salah satu pekerja, Thinh Tan, seorang insinyur di pabrik Boeing 737 Max, mengaku siap bertahan selama 6 hingga 8 minggu tanpa gaji.
Ia mengatakan bahwa nasib pemogokan kini berada di tangan manajemen Boeing, tergantung kapan mereka bersedia menawarkan kesepakatan yang adil.
Mogok kerja ini terjadi di tengah tantangan yang dihadapi Boeing terkait produksi dan keselamatan, terutama setelah insiden yang melibatkan panel pintu pesawat Boeing 737 Max yang lepas pada Januari 2024 lalu.
Lembaga pemeringkat seperti Fitch, Moody's, dan S&P Global Ratings telah memperingatkan bahwa aksi mogok kerja yang berkepanjangan dapat berdampak serius pada kondisi keuangan Boeing.
Aksi ini bisa menyebabkan penurunan peringkat perusahaan, yang sudah dibebani utang sekitar US$60 miliar (sekitar Rp923,65 triliun). Penurunan peringkat ini akan meningkatkan risiko keuangan perusahaan di masa mendatang.
Baca Juga: Myanmar Dilanda Banjir Besar hingga Mengakibatkan 226 Orang Tewas