Viral Guru Besar UGM Sarjiya Minta Maaf ke Adik Terpaksa Putus Sekolah demi Dirinya
Prof Sarjiya tidak hanya berbagi pencapaian akademiknya tetapi juga mengungkapkan penyesalan mendalam terhadap adiknya, Suparsih, yang terpaksa mengorbankan pendidikannya demi kesuksesan sang kakak.
BaperaNews - Dalam upacara pengukuhan sebagai Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berlangsung penuh emosi, Prof Sarjiya tidak hanya berbagi pencapaian akademiknya tetapi juga mengungkapkan penyesalan mendalam terhadap adiknya, Suparsih, yang terpaksa mengorbankan pendidikannya demi kesuksesan sang kakak.
Dalam pidato yang diwarnai dengan air mata, Prof Sarjiya, seorang ahli di Fakultas Teknik UGM, mengakui bahwa jalan akademisnya dibayangi oleh pengorbanan keluarga, khususnya adik perempuannya, yang harus putus sekolah karena keterbatasan ekonomi keluarga mereka di Yogyakarta.
Lahir dan dibesarkan di keluarga sederhana dari Kulon Progo, Yogyakarta, Prof Sarjiya merupakan anak keempat dari lima bersaudara dalam keluarga yang ekonominya jauh dari kata mencukupi. Ayahnya, Pujidiyono, seorang buruh pengrajin gamping, dan ibunya, Sumirah, seorang pedagang gula jawa keliling, berjuang keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka meskipun mereka sendiri tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk belajar membaca dan menulis.
Baca Juga: Dosen Jadi Pengawas Pemilu, Mahasiswa Ini Rela Datang ke TPS untuk Revisi Skripsi
Kisah ini mencerminkan realitas pahit yang dihadapi oleh banyak keluarga di Indonesia, di mana keterbatasan ekonomi seringkali memaksa mereka untuk membuat keputusan sulit tentang pendidikan anak-anak mereka. Untuk Prof Sarjiya, keputusan itu berarti bahwa hanya dia yang dapat melanjutkan pendidikannya, sementara adiknya, Suparsih, dengan berat hati harus menghentikan langkahnya di dunia pendidikan setelah menyelesaikan SMP, meskipun ia memiliki nilai ujian yang sangat baik.
Pengukuhan Prof Sarjiya sebagai guru besar UGM tidak hanya menjadi momen perayaan prestasi akademik, tetapi juga sebagai platform untuk mengakui dan meminta maaf atas pengorbanan yang telah dibuat oleh keluarganya.
Dalam pidato pengukuhan yang penuh emosi, Prof Sarjiya berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya, dari kecil hingga menjadi guru besar, serta mengungkapkan rasa terima kasih dan permintaan maaf kepada keluarganya yang hadir, termasuk kepada ibunya yang telah memberikan dukungan tanpa henti.
Perjalanan Prof Sarjiya dari SDN Pengkol Kulon Progo hingga mencapai puncak karir akademisnya di UGM menunjukkan bahwa pendidikan memiliki kekuatan untuk mengubah nasib.
Melalui pendidikan, Prof Sarjiya tidak hanya berhasil mengangkat dirinya dari kemiskinan, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan teknologi dan energi berkelanjutan di Indonesia, sebagaimana terlihat dari topik pidato pengukuhan yang berjudul "Integrasi Variable Renewable Energy dalam Perencanaan dan Operasi Sistem Tenaga Listrik Menuju Transisi Energi Berkelanjutan."
Momen pengukuhan Prof Sarjiya mengingatkan kita semua tentang pentingnya pengorbanan, dukungan keluarga, dan peran pendidikan dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. Kisah ini juga menegaskan bahwa di balik setiap kesuksesan terdapat cerita-cerita pengorbanan yang tidak terlihat namun sangat berarti.
Prof Sarjiya, melalui pidatonya, tidak hanya menghormati pencapaian pribadinya tetapi juga mengakui kontribusi dan pengorbanan orang-orang terdekatnya yang telah membantunya mencapai posisi saat ini.
Baca Juga: Demi Cepat Wisuda, Mahasiswa Kejar Dosen Sampai ke Kebun