Ranny Fahd A Rafiq Ungkap Pro dan Kontra antara Orang Kaya dan Miskin di Tengah Masyarakat Indonesia
Ranny Fahd A Rafiq soroti ketimpangan sosial antara orang kaya dan miskin di Indonesia, menyerukan keadilan dan kebijakan pro-rakyat kecil.

BaperaNews - Di tengah perdebatan sengit soal ketimpangan sosial, fenomena mencolok yang semakin meresahkan adalah pandangan sebagian orang kaya yang dengan lantang menyalahkan orang miskin atas kondisi mereka.
Seakan-akan, kesuksesan yang berlimpah adalah hasil usaha dan kecerdasan semata, sementara kemiskinan dianggap sebagai buah kemalasan atau kegagalan pribadi.
"Narasi ini tidak hanya berbahaya, tetapi juga menyembunyikan kenyataan pahit di balik kesenjangan sosial yang semakin lebar," ungkap Ranny Fahd A Rafiq di Jakarta pada Rabu (19/2/2025).
Politikus Partai Golkar ini menyatakan, “Di satu sisi, ada suara dari kalangan kaya yang menganggap bahwa kemiskinan adalah akibat ketidakmampuan individu untuk berjuang. Mereka menilai kesuksesan mereka sebagai bukti bahwa siapa pun bisa berhasil jika berusaha cukup keras. Namun, mereka mengabaikan kenyataan bahwa perjuangan orang miskin sering kali jauh lebih sulit, penuh rintangan yang tidak mereka alami. Misalnya, mereka yang lahir di keluarga miskin sering kali tidak memiliki akses ke pendidikan berkualitas, fasilitas kesehatan, atau peluang kerja yang setara. Orang kaya yang serba berkecukupan justru dengan mudah memandang rendah perjuangan mereka,” ungkapnya dengan nada sedih.
Istri dari Fahd A Rafiq ini melanjutkan, “Di sisi lain, orang miskin tentu saja tidak tinggal diam. Mereka yang terhimpit kemiskinan sering kali merasa dipermalukan dan disalahkan atas nasibnya. ‘Anda hanya perlu bekerja lebih keras!’ teriak orang kaya dari atas menara gading mereka, sementara orang miskin yang bekerja keras dari pagi hingga malam masih berjuang untuk mencukupi kebutuhan dasar,” ujar Ranny.
Lebih lanjut, Ranny mengeluhkan, “Ketidakadilan yang terpendam ini membakar hati mereka, karena mereka tahu bahwa sistem yang ada tidak berpihak kepada mereka. Mereka tidak diberikan kesempatan yang sama, dan mereka dihadapkan pada tantangan yang tak terbayangkan oleh orang kaya yang merasa berhak menilai. Pemerintah perlu menyelesaikan ketidakadilan sistem ini yang merugikan orang kecil. Saya meminta pemerintah segera menyejahterakan rakyat kecil,” pintanya.
Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq: Ketika Amanat Rakyat Tidak Menjadi Keramat, Sebuah Refleksi Absolut Menuju 2045
Kontroversi ini semakin memanas saat kelompok pro-kaya mengklaim bahwa mereka berhak menikmati hasil kerja keras mereka tanpa gangguan.
Mereka menyatakan bahwa kebebasan ekonomi adalah kunci untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Namun, suara-suara kontra menegaskan bahwa kebebasan ekonomi yang mereka pertahankan justru menciptakan jurang ketimpangan yang lebih dalam.
Kesenjangan ini bukan hanya soal perbedaan uang, tetapi juga soal kesempatan yang terenggut, hak-hak yang terabaikan, dan sistem yang memberi keuntungan lebih kepada yang sudah kaya.
“Berlaku adil itu hanya mampu dilakukan oleh insan yang berilmu tinggi. Kalau pejabat di atas tidak cinta rakyatnya, maka keadilan sosial tidak akan pernah benar-benar terwujud,” tegas Ranny.
Narasi ini semakin jelas mengungkapkan satu hal: menyalahkan orang miskin atas nasib mereka adalah kebohongan besar yang tidak dapat diterima.
Kesenjangan ini bukan soal seberapa keras mereka berusaha, melainkan soal struktur sosial dan ekonomi yang telah membentuk dunia di sekitar mereka.
Sebuah dunia di mana orang miskin sering kali tidak punya pilihan, sementara yang kaya semakin mempererat cengkeramannya pada kekuasaan dan harta.
Dan saat orang kaya menyalahkan orang miskin, mereka tidak hanya membebankan kesalahan pada individu, tetapi juga mengabaikan ketidakadilan sistemik.
“Maka dari itu, saya meminta kepada pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto, untuk segera membuat kebijakan yang benar-benar pro-rakyat kecil dan mengamalkan sila ke-5 Pancasila secara utuh,” tutup Ranny.
Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq: Dalam Welfare State, Pemerintah Harus Fokus Memajukan Kesejahteraan Umum