Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda 8,7 M, Ini Tanggapan Dari BNPB
BMKG peringati adanya gempa besar dengan kekuatan 8,7 magnitudo yang berasal dari megathrust di Selat Sunda. Beginilah tanggapan dari BNPB!
BaperaNews - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peringati adanya gempa besar dengan kekuatan 8,7 magnitudo (M) yang berasal dari megathrust di Selat Sunda.
Dengan keluarnya peringatan tersebut membuat BNPB memperkirakan terkait potensi bencana besar untuk bahan edukasi bagaimana caranya mitigasi bencana bagi masyarakat.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyampaikan bahwa peringatan gempa tersebut bukan untuk menakut-nakuti masyarakat, namun berdasarkan sejarah tahun 1883 krakatau meletus yang mengakibatkan tsunami hingga ketinggian 30 meter. Dari sejarah tersebut membuat BNPB, BPBD, pusat maupun daerah untuk mengedukasi masyarakat agar lebih berhati-hati.
“berdasarkan sejarah Krakatau tahun 1883, itu yang dilakukan oleh kita BNPB,BPBD, pusat dan daerah untuk selalu mengedukasi masyarakat,hati-hati,” ujar Suharyanto di Pandeglang, Sabtu (15/2/2022).
Suharyanto menjelaskan bahwa peringatan akan potensi megathrust Selat Sunda itu harus membuat masyarakat semakin sadar dengan mitigasi bencana. Hingga nanti kedepannya, minimal masyarakat tahu ke mana rute evakuasi dan dimana saja tempat-tempat pengungsian yang aman.
“Apabila terjadi, kedepannya masyarakat tahu rute-rute evakuasinya ke mana, larinya ke mana,” ujarnya.
Mitigasi bencana pun menurutnya tidak hanya berguna bagi setiap individu saat ada bencana besar terjadi. Tapi juga dapat mencegah jatuhnya korban jiwa yang lebih besar di luar perkiraan semua pihak.
Sebagaimana diketahui, setelah terjadi gempa Selat Sunda dengan magnitudo 6,6 yang mengguncang Jakarta kemarin, BMKG memperingatkan potensi gempa besar dari patahan megathrust di Selat Sunda dengan kekuatan gempa M 8,7.
Meski ilmu pengetahuan belum dapat memproyeksikan secara presisi kapan gempa itu terjadi, namun potensi tetap ada. Indonesia pun harus siap dengan hal tersebut, karena patahan megathrust yang melintang di selatan Pulau Jawa (termasuk dari pantai barat Sumatera hingga ke Nusa Tenggara Timur).
Kita sebagai masyarakat harus tetap waspada namun pastinya tanpa panic yang berlebihan. Karena melihat sejarah dari lokasi Selat Sunda yang memang sudah sering terjadi gempa dan tsunami. Tsunami Selat Sunda akibat gempa terjadi pada 1722, 1852, dan 1958. Tsunami tahun 416, 1883, 1928, 2018 berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau. Sedangkan tsunami pada 1851, 1883, dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.
"Gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat dihentikan, bahkan memprediksi kapan terjadinya pun juga belum bisa. Namun, dalam ketidakpastian kapan terjadinya itu, kita masih dapat menyiapkan upaya mitigasi konkret," pungkasnya.
Baca Juga: Cerita Pekerja Di Pulau Peucang, Hewan-Hewan Lari Ketakutan Saat Gempa