Pemimpin Ritual Maut Pantai Jember Resmi Jadi Tersangka
Pemimpin yang melakukan ritual maut di pantai Payangan Jember dan membuat 11 pengikutnya tewas telah resmi ditetapkan sebagai tersangka. Pemimpin tersebut bernama Nurhasan.
BaperaNews - Nurhasan, pemimpin ritual maut Pantai Payangan Jember yang membuat 11 pengikutnya tewas resmi ditetapkan menjadi tersangka, Nurhasan kini sudah ditahan di Mapolres Jember. “Terhadap saudara Nurhasan, kami sudah tetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka dan sudah ditahan oleh penyidik” ujar Kapolres Jember, AKBP Hery Purnomo Rabu 16 Februari 2022.
Penetapan Nurhasan sebagai tersangka ini setelah dilakukan dua kali gelar perkara, dari keterangan sejumlah saksi pula, Nurhasan dinyatakan melakukan tindak pidana. “Penyidik telah mendalami kejadian ini dan yang bersangkutan terbukti melakukan tindak pidana, ada barang bukti dan saksinya” lanjutnya.
Nurhasan ialah pemimpin Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang disebut sebagai orang yang membuat kegiatan ritual hari Minggu dini hari 13 Februari 2022 lalu, polisi juga sudah memeriksa 8 orang anggota Padepokan tersebut dan saksi yang ada di lokasi kejadian (pantai payangan jember), serta saksi dari ahli BMKG.
“Ditambahkan pula saksi dari BMKG yang menyatakan ketika kejadian memang cuaca di laut selatan sedang tidak baik atau ombaknya besar” paparnya.
Sedangkan untuk barang bukti yang diamankan ialah 2 unit kendaraan, hasil visum korban yang meninggal dunia, baju korban, dan beberapa alat bukti lain yang ditemukan di Padepokan. Nurhasan kini terancam hukuman penjara maksimal 5 tahun karena melanggar Pasal 359 KUHP. “Hukuman di ats 5 tahun penjara” tutup Hery.
Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada, Heddy Shri memberikan pendapat tentang ritual maut tersebut dari segi budaya, “ritual tersebut sudah biasa dilakukan masyarakat terutama yang tinggal di kawasan pantai Selatan, jadi ritual tujuannya macam-macam, kalau yang ini kelihatannya untuk pembersihan dan penyucian diri” ujarnya Selasa 15 Februari 2022.
Penyelenggaraan ritual juga memang sering dilakukan di malam karena lebih sepi dan suasana lebih tenang, jadi bisa lebih konsentrasi. Namun ungkap Heddy, mereka yang menjalankan ritual seringkali tidak memperhatikan kondisi laut atau aspek krusial lainnya. “Sebenarnya tidak masalah dilakukan di pinggir laut tapi mereka harus perhatikan juga situasi laut seperti apa, itu saya kira yang penting” jelasnya.
Memang masih banyak masyarakat yang percaya akan ritual tertentu dan seringkali dihubungkan dengan kepercayaan atau adat, namun tentunya dalam pelaksanaan perlu untuk mempertimbangkan kondisi lain seperti cuaca tersebut sehingga ritual yang dilakukan bisa berjalan khidmat, bukan menelan korban jiwa.
Ritual yang mestinya berjalan dengan khidmat di pantai Jember, malah menjadi ritual maut.
Baca Juga : Model Novi Amelia Tewas Usai Lompat dari Apartemen Kalibata City