Obat Penumbuh Gigi Bakal Tersedia Pada 2030

Uji coba obat penumbuh gigi pada manusia akan segera dimulai setelah berhasil diuji coba pada hewan. Baca selengkapnya di sini!

Obat Penumbuh Gigi Bakal Tersedia Pada 2030
Obat Penumbuh Gigi Bakal Tersedia Pada 2030. Gambar: Ilustrasi Canva

BaperaNews - Sebuah terobosan besar dalam bidang kedokteran gigi tampaknya telah diwujudkan, dengan para ilmuwan berhasil menemukan obat penumbuh gigi yang berpotensi mengubah paradigma penanganan kehilangan gigi di masa depan.

Setelah berhasil diuji coba pada hewan, obat ini akan segera menjalani uji coba pada manusia dalam beberapa bulan mendatang. Ini akan membuka jalan agar obat tersebut tersedia secara komersial pada tahun 2030.

Menurut peneliti utama, Katsu Takahashi, kepala kedokteran gigi dan bedah mulut di Rumah Sakit Kitano, obat penumbuh gigi ini telah diuji coba pada model tikus dan musang dengan hasil yang menggembirakan. Ditemukan bahwa obat ini mampu menumbuhkan gigi baru tanpa efek samping yang signifikan pada hewan percobaan tersebut.

Uji coba obat penumbuh gigi pada manusia direncanakan akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan di Rumah Sakit Universitas Kyoto.

Baca Juga: Kasus Ledakan COVID-19 Terjadi Lagi di Singapura, Kemenkes RI Beri Imbauan

Sebanyak 30 pria berusia 30-64 tahun yang kehilangan setidaknya satu geraham akan menjadi subjek dalam uji coba ini. Jika hasilnya positif, maka obat ini berpotensi menjadi solusi bagi mereka yang mengalami masalah gigi ompong di masa mendatang.

Obat tersebut, yang bekerja dengan menonaktifkan protein gen-1 yang terkait dengan pertumbuhan gigi (USAG-1), telah menunjukkan kemampuannya dalam merangsang pertumbuhan gigi baru pada hewan percobaan. Dengan memblokir interaksi USAG-1 dengan protein lain yang memicu pertumbuhan tulang baru, obat ini menghasilkan gigi baru yang muncul di mulut tikus dan musang.

Rencana pengujian obat penumbuh gigi pada manusia tidak hanya akan melibatkan mereka yang telah kehilangan gigi karena faktor usia atau kondisi genetik, tetapi juga akan melibatkan pasien anak-anak yang mengalami kekurangan gigi kongenital.

Tim peneliti berharap bahwa terapi ini dapat menjadi solusi yang efektif tidak hanya untuk kondisi gigi bawaan, tetapi juga untuk mereka yang telah kehilangan gigi permanen akibat berbagai faktor.

Baca Juga: Kemenkes Temukan Remaja 15 Tahun di Indonesia Sudah Terkena Hipertensi