Mengenal Rukyat Dan Hisab, Metode Untuk Menentukan Hilal Idul Fitri
Mengenal lebih jauh tentang rukyat dan hisab, metode hilal (posisi bulan sabit baru) untuk menentukan tanggal 1 Syawal Idul Fitri!
BaperaNews - Idul Fitri atau Lebaran 2022 ini jatuh pada Senin 03 Mei 2022, dalam menentukan tanggal tersebut, dilakukan dengan metode hilal (posisi bulan sabit baru) untuk mendapatkan tanggal 1 Syawal Idul Fitri, para ahli dalam bidang ini memakai dua metode yakni rukyat dan hisab.
Menurut Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), rukyat ialah kegiatan mengamati hilal dengan mata telanjang atau alat bantu sederhana seperti teleskop yang dilakukan setelah matahari terbenam.
Sedangkan hisab ialah menghitung hilal secara hitungan matematis dan astronomis. Nah, sebagai pengetahuan tambahan untuk Anda, kali ini kami jelaskan lengkap apa itu rukyat dan hisab lebih rinci dimana cara ini dipakai untuk menentukan tanggal Idul Fitri di sepanjang tahun.
Sebelum membahas tentang rukyat dan hisab, lebih dulu kami jelaskan tentang hilal. Hilal berasal dari bahasa Arab yang artinya bulan sabit, namun tidak semua bulan sabit disebut hilal. Hanya bulan sabit yang muncul pertama yang bisa dilihat dengan mata telanjang atau teleskop, biasanya terjadi setelah fase bulan baru.
Baca Juga: Catat! Ini Waktu Yang Dianjurkan Untuk Membayar Zakat Fitrah
Setelah melihat hilal tersebut, maka akan dihitung lagi dengan metode rukyat dan hisab untuk menentukan kapan terjadinya pergantian bulan di kalender Hijriah (Islam). Nah, saat inilah masuk ke metode rukyat dan hisab.
Yang pertama, metode rukyat, artinya pandangan mata, secara teori, jika posisi di bawah atau lebih dari dua derajat, tidak akan bisa diamati dengan mata. Sebab itu, jika sudah terlihat dua derajat yang bisa diamati dengan mata telanjang, artinya esok hari ialah hari pertama di kalender hijriah.
Yang kedua ialah metode hisab atau perhitungan matematis, metode ini dipakai oleh Muhammadiyah, dasarnya ialah ada hilal di atas cakrawala, asalkan sudah Nampak meski dalam hitungan 0,… (nol koma sekian) derajat, tetap dianggap sudah masuk bulan baru di kalender Hijriah. Hal inilah yang seringkali membuat adanya perbedaan dimulainya hari ramadhan dan hari raya Idul Fitri antara Muhammadiyah dan pemerintah.
Pemerintah sendiri dalam menetapkan hari pertama ramadhan dan Idul fitri memakai dua metode rukyat dan hisab, yakni dihitung secara matematis sesuai cara yang dipakai Muhammadiyah, namun dengan tetap mengamati secara langsung (rukyat), jika sudah masuk tanggal namun hilal tidak terlihat dua derajat, maka tetap tidak dianggap hari pertama Idul Fitri atau ramadhan yang artinya harinya ialah lusa.