Keracunan Massal di Sleman, 160 Orang Jadi Korban Diduga Karena Makan Siomai Saat Datang ke Pernikahan
Sebanyak 160 orang di Sleman mengalami keracunan massal setelah diduga karena makan siomai di dua acara. Sampel makanan diperiksa, polisi selidiki penyebabnya.

BaperaNews - Sebanyak 160 orang mengalami keracunan massal di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, setelah mengonsumsi siomai dalam dua acara berbeda pada Sabtu (8/2/2025).
Insiden ini terjadi di Dusun Krasakan, Kelurahan Lumbungrejo, Tempel, dan Dusun Sanggrahan, Tlogoadi, Mlati. Kedua acara yang menjadi lokasi kejadian adalah hajatan pernikahan dan arisan.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sleman, Yuli Khamidah, mengungkapkan bahwa dari 37 orang yang mengonsumsi siomai, 36 di antaranya mengalami gejala keracunan.
Satu orang lainnya tidak terdampak karena menggoreng siomai sebelum dikonsumsi. Dari total korban, tiga orang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Polresta Sleman telah memeriksa delapan saksi untuk menyelidiki kasus ini. Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setyanto Erning Wibowo, menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan Satreskrim Polresta Sleman menangani kasus tersebut.
Siomai yang dikonsumsi dalam acara hajatan dan arisan diproduksi oleh Pipit Rahayu, warga Ngentak, Pondokrejo, Tempel, Sleman. Pipit telah menjalankan usaha pembuatan siomai sejak 2015 dan menegaskan bahwa ia selalu mengikuti prosedur yang biasa diterapkannya.
Pada Kamis (6/2/2025), Pipit membuat adonan siomai, yang kemudian disimpan di dalam freezer hingga Sabtu (8/2) pagi sebelum disajikan. Ia menyatakan bahwa metode ini sudah menjadi kebiasaannya dalam produksi siomai.
“Adonan itu saya buat hari Kamis, lalu saya simpan di freezer sampai Sabtu pagi sebelum penyajian,” ungkap Pipit.
Daging untuk siomai digiling di tempat penggilingan langganannya di Tempel, dengan tepung yang juga disediakan oleh pihak penggilingan. Setelah adonan selesai, Pipit mencampurnya dengan daun bawang dan wortel sebelum dikukus.
Baca Juga : 40 Siswa SD di Sukoharjo Keracunan Ayam Krispi dari Program Makan Bergizi Gratis, BGN: Jadi Bahan Evaluasi
Pada hari kejadian, Pipit menerima pesanan dalam jumlah besar. Ia menyiapkan 550 porsi siomai untuk hajatan pernikahan di Dusun Krasakan, serta 30 porsi siomai untuk acara arisan di Dusun Sanggrahan. Selain itu, ia juga memproduksi siomai untuk bazar di Sumberejo.
Menanggapi insiden ini, Pipit telah mendatangi warga Sanggrahan untuk menjelaskan proses pembuatan siomai.
Meskipun belum ada kepastian bahwa siomai yang diproduksinya menjadi penyebab utama keracunan massal, ia menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat.
“Saya benar-benar tidak tahu mengapa ini bisa terjadi. Ini usaha saya, tidak mungkin saya mau mencelakai orang lain. Saya mohon maaf kepada semua yang terdampak,” ujarnya sambil menangis.
Hingga saat ini, sampel makanan dari acara hajatan dan arisan, termasuk siomai, sedang diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) DIY untuk memastikan penyebab pasti keracunan.
Sebagai respons atas kejadian ini, Pemerintah Kabupaten Sleman menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) karena jumlah korban yang mencapai 160 orang.
Korban di Dusun Krasakan mengalami gejala seperti mual, demam, nyeri otot, hingga dehidrasi, sedangkan di Dusun Sanggrahan, beberapa warga mengalami diare, lemas, nyeri sendi, pusing, muntah, kram perut, hingga sesak napas.
Penyelidikan oleh kepolisian masih berlangsung untuk menentukan sumber pasti keracunan massal yang terjadi di Sleman.
Baca Juga : Puluhan Petugas Pengamanan Kunjungan Jokowi ke Tasikmalaya Keracunan Makanan