Keluh Kesah Peserta Pendidikan Dokter Spesialis Di RI: Biaya Mahal, Ada Bullying

Para peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Indonesia membagikan keluh kesahnya selama mengikuti pendidikan tersebut, salah satunya ialah biaya yang mahal hingga ada aksi bullying.

Keluh Kesah Peserta Pendidikan Dokter Spesialis Di RI: Biaya Mahal, Ada Bullying
Keluh kesah peserta pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Gambar : Unsplash.com/Dok. National Cancer Institute

BaperaNews - Menjadi dokter bukan hal yang mudah, para peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Indonesia hingga kini harus siap menghadapi berbagai kendala. Hal ini diungkap oleh Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari UGM (Universitas Gajah Mada) dr. Jagaddhito pada Minggu (4/12) lalu.

Jagaddhito menyebut ada sejumlah isu yang dihadapi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) diantaranya tentang biaya yang mahal, tidak bisa dijangkau banyak kalangan.

“Pendidikan spesialis itu di mata dokter bukan pendidikan yang murah ya, itu biasanya hanya bisa dilakukan oleh katakanlah mereka yang mampu” tutur dr. Jagaddhito.

Sedangkan Dokter spesialis di Amerika Serikat atau Inggris misalnya, lebih beruntung, tidak perlu memikirkan biaya, sebab selain diberi gaji sebagai pegawai, pendidikan Dokter spesialis bagi Dokter yang kompeten ditanggung oleh Negara.

“Kalau mereka semua spesialis dibiayai Negara karena terhitung sebagai pekerja” terang dr. Jagaddhito.

Masalah lain ialah tentang perundungan atau bully. Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dari Sumatera Barat bernama Diniy Miftahul mengungkap ada perundungan atau bully oleh senior kepada Dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), aksi bully tersebut menurutnya masih banyak terjadi.

Baca Juga : Kemenkes Buka Suara Soal Gaji Dokter Internship Di Perkotaan Cuma Rp 1 Juta

“Di center, saya sendiri melihat masalah perundungan ini, terus berulang meski sebenarnya mungkin senior itu yang dulu juga mendapat perundungan, apa yang kami dapatkan mungkin nggak seberat jaman dulu, sehingga perundungan it uterus terjadi,” saksinya.

Menkes Budi Gunadi yang mendengar curhatan para peserta Dokter spesialis tersebut kemudian berjanji akan membuat perubahan dengan basis Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) menjadi basis belajar sambil bekerja di rumah sakit.

“Indonesia jadi satu-satunya dimana Dokter PPDS tidak dibayar, karena konsepnya mereka dianggap sekolah, bukan kerja” ujarnya.

Maka Budi Gunadi akan mengubah konsep tersebut, ia menyebut Dokter umum yang menjadi pegawai di rumah sakit akan mendapat pendidikan spesialis.

“Pendekatan di luar negeri, dokter spesialis yang kerja di rumah sakit mereka dibayar. Masalah perundungan ini jadi kalau temen-temen yang senior jangan begitu, ini kan terus-terusan, jangan seperti itu, berhentiin dong” pungkas Menkes Gudi Gunadi.

Budi Gunadi janji akan memberi tindakan tegas bagi oknum yang diketahui melakukan perundungan atau bully, ia akan membuat regulasi atau aturan mendatang yang saat ini masih disiapkan untuk memberi perjalanan karir yang lebih nyaman dan terjamin kepada semua Dokter di Indonesia.

Baca Juga : Kemenkes Tambah Kuota Beasiswa Kedokteran 2023, Simak Syaratnya