Jokowi: Harga Telur Ayam Akan Turun Dalam Dua Minggu Ke Depan
Presiden Jokowi mengatakan bahwa harga telur ayam akan turun dalam dua minggu kedepan usai saat ini harga telur ayam melonjak hingga Rp 31.000/kg.
BaperaNews - Harga telur ayam saat ini sedang melonjak mencapai Rp 31 ribu/kg. Presiden Jokowi menyebut harga telur ayam akan turun dalam dua minggu ke depan. “Harga relatif stabil, hanya satu yang tidak stabil, di telur” ujar Jokowi di sela kunjungan kerja melihat harga bahan-bahan pokok di Pasar Cicaheum, Bandung, Jawa Barat pada Minggu (28/8).
Menurut Jokowi, kenaikan harga telur ayam terjadi Karena kenaikan harga pakan ternak, namun Jokowi yakin kondisi akan berangsur normal pada dua minggu ke depan. “Ya ini kan pertama karena memang pakan ternak yang naik. Yang kedua ini fluktuasi biasa, nanti dua minggu ini InsyaAllah akan turun” imbuh Jokowi.
Memang berdasarkan pemantauan Kementerian Perdagangan, harga telur ayam secara nasional mencapai Rp 31.200/kg pada Jumat (26/8). Harga tersebut meningkat dibanding harga pada (26/7) yakni Rp 29.300/kg.
Harga telur ayam termurah ada di Jambi Rp 27.300/kg, sedangkan termahal di Papua Rp 39.689/kg. pada Kamis (25/8), Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan juga menyebut pencairan bantuan sosial yang digabung 3 bulan sekaligus juga memicu kenaikan harga telur ayam.
Zulkifli mengaku mendapat masukan dari pengusaha telur ayam agar pencairan bansos bisa dicairkan per bulan saja demi mengurangi tingginya permintaan telur ayam yang bisa berpengaruh kepada harga pasaran.
Baca Juga : Harga Telur Ayam Tembus Rp 31 Ribu Per Kg, Kemendag Ungkap Alasannya
Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi juga membenarkan pernyataan Jokowi yakni harga pakan ternak yang mahal jadi sebab naiknya harga telur ayam.
“Kebutuhan jagung untuk pakan ternak masih membutuhkan impor karena pasokan domestik belum mencukupi untuk kebutuhan. Sayangnya impor jagung pakan ternak masih restriktif karena hanya terbuka untuk BUMN” ujarnya.
Ia mengungkap, produksi jagung Indonesia sejak tahun 2015 – 2020 hanya 11,5 juta ton. “Sementara tingkat konsumsi per tahunnya lebih dari 12 juta ton, selisih ini dipenuhi dengan impor” terangnya.
Lebih lanjut, ia membahas tentang adanya tiga musim tanam jagung di Indonesia yang hampir setengahnya diproduksi di musim penghujan, sebab itu untuk memenuhi kebutuhan jagung harus dengan impor.
“Karena telur ayam adalah sumber utama protein di Indonesia, harga yang tinggi tentu akan mempengaruhi konsumsi protein terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, pembebasan impor jagung memungkinkan produksi komoditas lebih efisien” jelasnya.