Fahd A Rafiq : BRI Itu Ide Bung Karno Yang Dimodifikasi Tiongkok
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menegaskan kalau salah satu ide jenius milik Bung Karno yang berhasil dimodifikasi oleh Tiongkok adalah Belt Road Initiative (BRI).
BaperaNews - Di negara Indonesia ada strategi rahasia milik Bung Karno yang mengharumkan bangsa Indonesia yakni Belt Road Initiative (BRI). Namun Belt Road Initiative (BRI) berhasil dimodifikasi oleh Tiongkok. Inilah sejarah awalnya Tingkok mengambil ide jenius milik Bung Karno yakni Belt Road Initiative (BRI)!.
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq mengatakan “Dalam pembuatan mineral 99,99 seperti emas, platinum, perak itu prosesnya melalui gunung, batuan dan tanah. Kemudian diambil dan diproses kembali ke tambang lalu dimasukkan ke refining, lalu jadilah mental murni”.
Proses membuat 1 kg emas dengan 1 ton emas sama saja mata rantainya, nah disinilah kejeniusan Bung Karno muncul. Bung Karno merasa harus menunggu mineral metal itu ada dulu.
Setelah ada mineral metal, baru dimanfaatkan sebagai alat jual beli metal dan alat tawar yang dijadikan Underlying sebagai terbitnya mata uang atau Currency.
Oleh karena itu, saat Bung Karno menghitung cost accountingnya, maka dengan kecepatan 10 tahun nantinya akan mendapat 1000 ton emas. Dari pada harus menunggu 1000 ton itu ada, lebih baik rupiah di print terlebih dahulu senilai 1000 ton emas.
Nantinya, modal 1000 ton emas tersebut dimulai dari mining proses hingga pemurnian refining. Indonesia memiliki banyak gunung dan tidak perlu bayar untuk mining proses hingga pemurnian.
“Walaupun harus bayar paling cuma bayar 30%, itukan hanya proses tambang hingga pemurnian, nah yang 70%nya untuk membangun proyek tersebut,” ujar Fahd A Rafiq.
Proyek industri tersebut tidak harus di Indonesia saja, namun bisa dilakukan di luar Negeri. Proyek industri yang dimaksud adalah pembuatan underlying lapis kedua emas dan hasil dari metal mineral tambang.
Atas kejeniusan Bung Karno tersebut, saat di tahun 1955 Indonesia menghadirkan 50 negara sebagai dasar undangan.
Dalam konferensi Asia-Afrika, dikatakan bahwa Indonesia beserta 50 negara tersebut akan membangun poros tengah Negara Non-Blok ke Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Non-Blok tersebut akan membangun kekuatan ekonomi dengan Indonesia sebagai porosnya serta membiayai banyak nya proyek industri di Negara Non-Blok.
Apa yang terjadi? yang terjadi ialah pemimpin revolusi dari setiap negara hadir di Indonesia seperti Tiongkok, India, Pakistan, Mesir, Korea Utara dan Kuba. Semua tokoh revolusioner mengharap dukungan dari Indonesia.
Tak hanya itu, Nehru, Gamal Abdul Nasser, Bhutto, Mao Tse Tung hingga tokoh legendaris dunia lainnya ikut hadir di Indonesia tepatnya di Kota Bandung, kota kecil yang saat itu baru 10 tahun merdeka.
Fahd A Rafiq menegaskan kalau ide jenius Bung Karno sangat mempesona di seluruh Dunia. Pasalnya Indonesia akan membiayai Negara Non-Blok untuk masalah ekonomi.
Namun sayang, di dalam Negeri, ada kelompok-kelompok yang ingin berkuasa seperti kaum nasionalis, komunis, sosialis berada di sekeliling Bung Karno untuk dapat mempengaruhi kebijakan politik.
“Kala itu, kaum nasakom yang dirangkul oleh Bung Karno membuat gonjang ganjing sebuah politik. Di dunia, kekuatan diplomasi dan manuver rupiah sebagai kekuatan ekonomi bisa bisa digarap dengan sempurna. Geoekonomi belum digarap, alhasil Bung Karno selesai dengan kudeta yang sempurna. Di tahun 1966 yang selanjutkan kita sudah tahu sendiri ceritanya,” ucap Fahd A Rafiq.
Diketahui, pelajaran sejarah dunia berhenti sampai disitu, namun dunia tidak berhenti. Tiongkok berani ambil ide jenius milik Bung Karno yakni Belt Road Initiative (BRI) dan tanpa jaminan sumber alami mineral metal.
Tiongkok berani mengambil Belt Road Initiative (BRI) dan melawan hegemoni negara super power di tahun 90-an. Saat itu, Amerika Serikat lagi fokus di Timur Tengah untuk mengambil energi minyak dan gas.
Berdasarkan industri dalam Negeri, Tiongkok Printing Renminbi sangat kuat dan mulai ekspansi keluar negeri untuk meminjamkan Renminbi cetakan yang banyak untuk ke Negara luar dengan Obor (One Belt One Road) yang lebih sempurna.
Rencana Tiongkok tidak hanya meminjamkan Renminbi tetapi juga teknologi, peralatan permesinan, tenaga kerja yang sudah direncanakan dengan sempurna oleh Tiongkok. Bahkan jauh lebih sempurna dari rencana awal Bung Karno.
Ide Bung Karno sangat jenius, tetapi anak, cucu, dan putra banggsa tidak paham akan geopolitiknya Bung Karno. Sebetulnya, strategi Bung Karno sangat mudah dibaca saat itu dan mudah dipatahkan karena Bung Karno sendirian.
Kita sebagai putra/putri Bangsa Indonesia, kenapa tidak sempurnakan lagi idenya Bung Karno, Idenya Patih Gajah Mada, Idenya Tiongkok dengan menggunakan sumber daya alam dan E - Rupiah?
“Sekarang kita jangan kena permainan pinjaman Tiongkok lagi dan bunga IMF Amerika. Kita harus bisa bermain cantik diantara dua kekuatan tersebut. Dengan kekuatan mineral road, kita mengingatkan jangan miring ke Tiongkok dan miring ke Amerika,” tegas Fahd A Rafiq.
Diketahui, saat ini dunia sedang masuk masa inflasi dan lebih parahnya lagi adalah stagflasi (Stagnan Inflasi). Akibat adanya perang di Ukraina, peta politik dunia berubah sangat jauh. Sebagai kaum milenial, kita hanya bisa memberi saran kepada pemerintah untuk hati-hati dan selalu ambil kesempatan dari konflik tersebut.
“Gunakan selalu hati dalam mengelola Negara, hati-hati karena urusannya nasib anak, cucu, putra Bangsa yang keblangsak apabila pemimpinnya salah ambil langkah,” tutup Fahd A Rafiq.
Penulis : ASW