Ekonomi Dunia Terancam Kena Reflasi, Bagaimana Dengan RI?
Ekonomi dunia dalam keadaan sulit dan dilanda ketidakpastian, bahkan saat ini dunia mengalami ancaman terkena reflasi. Bagaimana nasib Indonesia?
BaperaNews - Dunia berhadapan dengan ekonomi yang sulit, dihantui ketidakpastian. Hal ini juga berimbas pada ekonomi Indonesia, bahkan, saat ini ekonomi dunia sedang terkena ancaman reflasi.
Ancaman reflasi di Indonesia pertama kali disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Ia menyebut reflasi global terjadi karena resesi, juga inflasi yang tinggi. “Ada resiko stagflasi, pertumbuhan stuck turun tapi inflasi tinggi. Bahkan istilahnya reflasi, resiko resesi dan tinggi inflasi” tuturnya pada Senin (21/11).
Bagaimana dengan ekonomi Indonesia?
Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, reflasi ialah kebalikan dari pertumbuhan ekonomi yang melambat atau negatif, namun inflasi tinggi, hal inilah yang menurutnya saat ini sedang terjadi di Indonesia. “Ya Indonesia lebih ke reflasi, ekonomi tidak stagnan dan inflasinya naik” tuturnya.
Ia bilang banyak periode reflasi di Indonesia, contohnya tahun 2008 lalu. “Indonesia pernah mengalami reflasi, seperti tahun 2008” sambungnya.
Reflasi ditandai dengan tetap tertahannya atau berkurangnya daya beli masyarakat padahal ekonominya tumbuh, karena inflasi tinggi itulah yang menyebabkan daya beli masyarakat tertahan. Maka untuk bisa mengatasi ialah dengan menahan laju inflasi agar tidak melonjak drastis.
“Inflasi harus bisa ditekan, karena pertumbuhan ekonomi di tahun ini sulit dikejar dan tahun depan juga. Paling tidak jalan keluarnya adalah menjaga inflasi” pungkasnya.
Baca Juga : Aturan Menaker Soal UMP 2023: Tak Boleh Naik Lebih Dari 10%
Diketahui pertumbuhan ekonomi Indonesia terus naik selama tiga tahun berturut-turut. Pada Kuartal I 2022 naik 5,01%. Kuartal II 2022 naik 5,44%, dan Kuartal III 2022 naik 5,72%.
Sedangkan inflasi fluktuatif sejak Agustus – Oktober 2022. Inflasi pada Agustus 2022 mencapai 4,69%, September 2022 melonjak jadi 5,95%, dan Oktober 2022 menurun 5,71%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat, dalam hal pencapaian, penjualan meningkat. Namun, daya beli masyarakat tetap tertahan, tidak naik, karena inflasi menyebabkan kenaikan berbagai kebutuhan, mulai dari kebutuhan pokok harian, properti, dan lainnya.
Maka pendapatan tetap bertambah, namun tidak dengan daya beli, masyarakat mempertimbangkan kebutuhan akan hari esok, lebih banyak mengurangi pembelian yang akhirnya berdampak pada ekonomi. Contohnya ialah berkurangnya permintaan di garmen tekstil dan sepatu sehingga membuat perusahaan terpaksa mem PHK karyawan.
Adanya ketidakpastian ekonomi membuat masyarakat lebih awas dalam membelanjakan uangnya, lebih memilih untuk sebisa mungkin menyimpan untuk hari esok dan seterusnya.
Baca Juga : Daftar Lengkap Tarif Listrik PLN Pada Oktober Hingga Desember 2022, Tak Ada Kenaikan