Driver Ojol Demo Besar-besaran Hari Ini, Apa Saja Tuntutannya?
Ribuan driver ojol dan kurir online di Jabodetabek melakukan unjuk rasa menuntut legalitas profesi dan penurunan potongan tarif oleh perusahaan aplikasi.
BaperaNews - Pada siang hari ini, Kamis (29/8), ribuan driver ojek online (ojol) dan kurir online di kawasan Jabodetabek sedang melangsungkan unjuk rasa. Aksi ini dimulai sekitar pukul 12.00 WIB, dengan tujuan untuk menuntut pemerintah dan perusahaan transportasi online agar melegalkan status profesi mereka dalam undang-undang.
Selain itu, mereka juga meminta agar perusahaan aplikasi menurunkan biaya potongan yang dikenakan kepada mereka.
Koalisi Ojol Nasional (KON) menjadi penggagas aksi ini dan mereka berkumpul di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Dalam pernyataan resmi yang diterima, mereka mengajukan beberapa tuntutan, termasuk revisi dan penambahan pasal dari peraturan Kominfo No 01/2012 tentang formula tarif layanan pos komersial. Tuntutan ini mencakup evaluasi dan monitoring terhadap kegiatan bisnis yang dianggap tidak adil bagi mitra pengemudi ojol dan kurir online di Indonesia.
Tak hanya itu, mereka juga meminta agar program tarif hemat untuk pengantaran barang dan makanan dihapus, karena dianggap tidak manusiawi. Penyeragaman tarif layanan pengantaran barang dan makanan di semua aplikasi juga menjadi salah satu poin penting dalam tuntutan mereka.
Mereka berharap agar pemerintah dapat melegalkan ojek online melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) dari beberapa kementerian terkait.
Menanggapi aksi ini, Tirza Munusamy, Chief of Public Affairs Grab Indonesia, menyatakan bahwa tarif layanan pengantaran yang ditetapkan oleh Grab sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.
"Tarif layanan juga dirancang untuk menjaga pendapatan para driver online, serta kestabilan permintaan pasar terhadap layanan Grab," jelas Tirza.
Baca Juga: Demo di Semarang Berakhir Ricuh, Anak-anak yang Sedang Ngaji sampai Terkena Gas Air Mata
Tirza menegaskan bahwa Grab tidak pernah memotong pendapatan mitra pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen.
Sementara itu, Rosel Lavina, Head of Corporate Affairs Gojek Indonesia, menyayangkan keputusan driver ojol untuk mematikan aplikasi saat demo berlangsung.
Ia mengimbau agar aspirasi disampaikan dengan cara yang kondusif dan tertib. Rosel menekankan bahwa operasional Gojek akan tetap berjalan normal sehingga konsumen tetap dapat menggunakan layanan mereka seperti biasa.
Namun, pengalaman tim di lapangan menunjukkan bahwa sejak pukul 10.00 WIB, layanan Gojek dan Grab mulai mengalami kendala.
Waktu tunggu untuk mendapatkan driver bisa mencapai 20 menit, dan lokasi driver yang tersedia sering kali jauh dari titik penjemputan. Hal ini membuat banyak netizen di media sosial mulai mengeluhkan masalah yang sama.
Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia, Igun Wicaksono, menjelaskan bahwa ada dua tuntutan utama yang akan disampaikan dalam demo ini. Pertama, masalah tarif yang memotong pendapatan mitra driver hingga 20 persen sampai 30 persen.
"Hal ini merugikan pelanggan yang harus menanggung kenaikan tarif dan juga sangat merugikan mitra pengemudi," tegas Igun.
Kedua, mereka meminta pemerintah untuk melegalkan pekerjaan driver ojol dalam undang-undang. Igun mengklaim bahwa tanpa legalitas, posisi tawar pengemudi ojol menjadi lemah.
"Ketiadaan legal standing bagi para pengemudi ojol membuat perusahaan aplikasi bisa berbuat sewenang-wenang tanpa ada solusi dari platform," tambahnya.
Dengan adanya demo ini, diharapkan pemerintah dan perusahaan aplikasi dapat mendengarkan aspirasi para driver ojol dan kurir online. Mereka berjuang untuk mendapatkan keadilan dan kesejahteraan dalam profesi yang mereka jalani.
Baca Juga: Usai Demo Tolak RUU Pilkada di DPR, DLH Angkut 17,4 Ton Sampah