Banjir Bandang Kota Batu, Peneliti Ungkap Pengaruh Sepasang Vorteks
Banjir bandang menerjang kota batu, peneliti mengungkap pengaruh pada bencana banjir bandang kota batu yang disinyalir penyebabnya datang dari pusaran angin dengan skala luas
BaperaNews - Erma Yulihastin (Peneliti Klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer di BRIN) memberikan pendapatnya bahwa terdapat pengaruh pada bencana banjir bandang kota batu yang disinyalir penyebabnya datang dari pusaran angin dengan skala luas.
Vorteks terjadi lebih besar dan pusatnya terdapat di wilayah Samudera Hindia. Tepatnya berada di barat daya Pulau Jawa dan wilayah Laut Jawa.
Kedua vorteks tersebut kemudian menjadi penyebab berubahnya sirkulasi angina sehingga jalurnya berbelok dari wilayah utara Laut Jawa menuju ke wilayah Jawa Timur.
“Belum lagi adanya pembentukan awan yang lebih cepat dari normalnya, sehingga menyebabkan datangnya hujan secara tiba – tiba meski dalam durasi yang singkat,” kata Erma Yulihastin (Peneliti Klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer di BRIN).
“Dalam bidang ilmu perkiraan cuaca terdapat istilah populer yakni Rapid Rainfall Onset (RRO) yang mana bisa dijadikan sebagai prediksi akurat terhadap curah hujan. Jadi kapan prediksi curah hujan seperti apa yang memicu terjadinya banjir bandang pun bisa diketahui sejak dini,” tambah Erma Yulihastin (Peneliti Klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer di BRIN).
“Terdapat contoh pengaplikasian Rapid Rainfall Onset (RRO) yang sebelumnya dilakukan pada banjir bandang yang terjadi di Luwu, Sulawesi. Banjir bandang yang terjadi kala itu akibat peningkatan curah hujan yang terjadi dengan cepat selama 6 jam. Yang awalnya curah hujan diprediksi 33 milimeter, meningkat tajam sebanyak 3 kali lipat menjadi 93 milimeter. Kemudian pengaruh dari dua badai besar dalam skala meso,” tutur Erma Yulihastin (Peneliti Klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer di BRIN).
Namun, pada kasus bencana alam banjir bandang yang terjadi daerah Batu, Malang, dipengaruhi oleh vorteks. Hipotesa mengenai pembentukan dua korteks bisa dijadikan sebagai prediksi awal sebagai gangguan yang terjadi di Jawa. Kemudian mekanisme gangguan dalam skala meso juga perlu didalami lebih lanjut. Seberapa besar pengaruhnya di Pulau Jawa. Gangguan – gangguan yang terjadi biasanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat, baik itu berjalan dalam hitungan jam atau pun harian.
Prediksi perihal cuaca akan jauh lebih akurat jika dilakukan dalam skala ruang setidaknya dengan jarak 1 kilometer dan update setiap 1 jam sekali.