Babi yang Mati Mendadak di Sikka, NTT Akibat Flu Afrika Terus Bertambah

Jumlah babi mati mendadak di Sikka, NTT, mencapai 74 ekor akibat flu babi Afrika. Baca selengkapnya di sini!

Babi yang Mati Mendadak di Sikka, NTT Akibat Flu Afrika Terus Bertambah
Babi yang Mati Mendadak di Sikka, NTT Akibat Flu Afrika Terus Bertambah. Gambar : Ilustrasi Canva By ArtbyPixel

BaperaNews - Jumlah ternak babi yang mati mendadak di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus mengalami peningkatan. Per 2 Februari 2024, Dinas Pertanian Kabupaten Sikka melaporkan bahwa total babi yang mati mendadak mencapai 74 ekor.

Peningkatan ini menjadi sorotan utama, mengingat dua hari sebelumnya, jumlah babi mati mendadak telah mencapai 59 ekor.

Kepala Dinas Pertanian Sikka, Yohanes Emil Satriawan, menyampaikan bahwa Desa Nita, Kecamatan Nita, menjadi wilayah terdampak paling signifikan dengan jumlah kematian babi mencapai 66 ekor. Disusul oleh Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, yang melaporkan empat ekor mati, dan Kelurahan Wailiti yang mencatat satu ekor.

Wilayah lain yang juga terkena dampak meliputi Kelurahan Nangameting, Kecamatan Alok Timur (dua ekor), dan satu ekor di Desa Manubura, Kecamatan Nele.

Penyebab kematian ternak babi tersebut disebutkan berasal dari penyakit flu babi Afrika atau yang dikenal dengan African Swine Fever (ASF). Satriawan dalam pernyataannya mengimbau para peternak untuk tetap tenang dan fokus pada peningkatan biosecurity, sambil mengikuti arahan yang diberikan oleh pemerintah.

Baca Juga: Viral Video Babi Sedang Main Comberan di Depan Rumah Warga

Dokter Ronal Makin, Koordinator Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, memberikan peringatan khusus terkait konsumsi daging babi yang mati mendadak.

Dia mengungkapkan bahwa sebagian babi yang mati telah dikubur, namun ada pula yang dipotong dan dagingnya dibagikan. Makin menyarankan agar masyarakat tidak mengambil atau mengonsumsi daging babi yang dicurigai terserang virus.

Alasannya, penyebaran virus dapat terjadi jika sisa daging atau cucian daging babi terkontaminasi dan kemudian diambil oleh pemilik atau pembeli. Makin menekankan bahwa risiko penularan penyakit sangat tinggi dalam situasi ini.

Oleh karena itu, diimbau agar babi yang mati mendadak segera dikubur dengan kedalaman minimal 1,5 meter. Setelah dikubur, lokasi tersebut harus disemprot dengan disinfektan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Baca Juga: Waduh! Banyak Babi Berlarian di Tol Nganjuk Gegara Truk Terguling