Viral! Tugu Pesut Khas Samarinda Habiskan Biaya Rp1,8 Miliar
Pembangunan Tugu Pesut, yang terletak di ujung Jembatan Mahakam IV, Samarinda, menghabiskan APBD sebesar Rp1,8 Miliar.
BaperaNews - Pembangunan Tugu Pesut, yang terletak di ujung Jembatan Mahakam IV, Samarinda, telah memasuki tahap akhir pada. Proyek ini menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kalimantan Timur sebesar Rp1,8 miliar.
Monumen ini merupakan hasil karya seniman asal Bandung, John Martono yang dikenal dengan nama Capt. John. Ia menjelaskan bahwa Tugu Pesut memiliki filosofi The Journey of Happiness atau Perjalanan Kebahagiaan.
Baca Juga: Viral! TikTokers Aceh Live Joget DJ sambil Baca Al-Qur'an, Pakai Kerudung tapi Celana Pendek
Berlokasi strategis di antara Jalan Ahmad Yani dan Jalan Cipto Mangunkusumo, Samarinda, Tugu Pesut didesain menggunakan plat galvanis setebal 1,5 milimeter untuk memastikan daya tahannya terhadap korosi.
Total 8 ton plat besi dipesan dari Samarinda dan diukir di Bandung sebelum dirakit oleh tim yang terdiri dari 18 pekerja.
“Jadi tugunya tidak akan berkarat,” ungkap Capt. John.
Monumen sepanjang 36 meter dengan lebar 7 meter ini dihiasi oleh 17 kombinasi warna cerah dan dilengkapi dengan 300 meter lampu LED putih yang melilit keseluruhan struktur.
Selain itu, belasan lampu sorot menambah daya tarik visualnya pada malam hari.
Konsep Tugu Pesut bertujuan untuk menginspirasi masyarakat agar lebih mencintai lingkungan. Sosok Pesut Mahakam, mamalia air tawar endemik Kalimantan Timur, dipilih sebagai simbol utama.
Keberadaan pesut, menurut Capt. John, menjadi indikator lingkungan yang sehat, seperti halnya kupu-kupu yang menandakan kualitas udara yang baik.
Baca Juga: Ugal-ugalan Bawa Fortuner usai dari Kedai Tuak, Mahasiswa di Medan Renggut 3 Nyawa Warga
“Saya yakin selama pesut itu masih ada, berarti lingkungan itu baik. Sama seperti kalau di lingkungan kita masih ada kupu-kupu, artinya udara masih bagus," ujar Capt. John.
Sebelumnya, ide membuat Tugu Pesut dimulai pada Desember 2023 atas inisiatif Akmal Malik, sementara konstruksinya berlangsung sejak September 2024.
Menurut Akmal, monumen ini merupakan hadiah untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-68 Kalimantan Timur.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman, Eka Yusriansyah mengatakan desain yang kurang representatif ini justru bisa mengaburkan ingatan masyarakat akan fauna khas Kalimantan Tiimur itu.
“Dari perspektif unity, tugu ini tidak tampak seperti pesut. Sementara dari complexity dan intensity, hanya sedikit orang yang mampu memahami pesan yang disampaikan,” kata Eka.
“Alih-alih menjadi simbol pelestarian pesut, tugu ini malah bisa melenyapkan keberadaan pesut dari ingatan masyarakat," imbuhnya.