Usai Tak Bisa Bayar SPP Rp42 Juta, 3 Siswa Berprestasi Dipulangkan Paksa

Sebanyak 3 siswa berprestasi di Pandeglang dipulangkan paksa oleh pihak sekolah karena tidak mampu membayar tunggakan SPP sebesar Rp42 juta. 

Usai Tak Bisa Bayar SPP Rp42 Juta, 3 Siswa Berprestasi Dipulangkan Paksa
Usai Tak Bisa Bayar SPP Rp42 Juta, 3 Siswa Berprestasi Dipulangkan Paksa. Gambar : Kolase Tangkapan Layar Instagram/@awreceh.id

BaperaNews - Sebanyak tiga siswa SD di Pandeglang dipulangkan paksa oleh pihak sekolah, setelah diketahui tidak mampu membayar tunggakan SPP sebesar Rp42 juta. 

Faeza (11), Farraz (10), dan Fathan (7) adalah siswa-siswa berprestasi yang dikenal menunjukkan semangat belajar tinggi, namun harus menghadapi kenyataan pahit karena kondisi ekonomi keluarga mereka yang sangat sulit. 

Keputusan tersebut diambil saat jam pelajaran berlangsung, membuat ketiga siswa ini kembali ke rumah dengan wajah lesu dan hati yang hancur.

Ketiga siswa tersebut berasal dari Menes, Pandeglang, dan dipaksa meninggalkan sekolah tanpa melakukan kesalahan.

Kejadian siswa dipulangkan ini jelas menyakitkan bagi mereka, mengingat pihak sekolah seharusnya menjadi contoh dalam menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. 

Ironisnya, meskipun Faeza, Farraz, dan Fathan telah menerima banyak sertifikat penghargaan atas prestasi akademis mereka, pihak sekolah tetap memutuskan untuk memulangkan mereka.

Faeza, yang kini duduk di kelas 6 SD, mengungkapkan kebingungan dan ketakutannya setelah menerima keputusan tersebut.

Baca Juga : Bantah Guru Saat Ditanya PR, Siswa SMP Pasuruan Kini Minta Maaf

“Kepala yayasan memarahi saya di depan teman-teman dan meminta saya untuk tidak belajar di sini karena tunggakan SPP yang sudah terlalu banyak,” ujarnya sambil menundukkan kepala saat ditemui pada Sabtu (26/10). 

Ibunda Faeza, Defi Fitriani, tidak bisa menahan air mata ketika menceritakan nasib anak-anaknya. Dia mengungkapkan bahwa ketiga anaknya adalah siswa yang berprestasi, namun pendidikan mereka terancam terhenti hanya karena ketidakmampuan finansial keluarga.

“Mereka adalah anak-anak berprestasi, terbukti dari banyaknya sertifikat penghargaan yang telah mereka terima. Namun kini, pendidikan mereka terancam terhenti hanya karena kami tidak mampu membayar uang sekolah,” ujar Defi dengan suara bergetar.

Selain masalah bayar SPP, Defi juga mengungkapkan bahwa keluarganya tengah menghadapi kesulitan lain, termasuk menunggak kontrakan selama tiga bulan. 

Ayah Faeza, Muhammad Fahat, seorang buruh harian, menyampaikan keprihatinan mendalam mengenai kondisi pendidikan di Kabupaten Pandeglang. 

“Anak-anak saya tidak bisa sekolah hanya karena kami miskin. Uang SPP sebesar Rp42 juta jelas di luar kemampuan kami. Bagaimana kami bisa membayar, sementara untuk makan sehari-hari saja sudah sulit?” keluhnya.

Baca Juga : Polisi Buru Pelaku yang Siram Siswa SMP di Lembata dengan Air Keras