Motivasi Live Medsos Tawuran di Koja: Pada Ingin Dibilang Top
Tawuran antarkelompok pecah di Koja, Jakarta Utara, disiarkan langsung di media sosial. Polisi amankan 6 orang dan senjata tajam, serta menyelidiki peran admin.
BaperaNews - Tawuran antarkelompok pecah di kawasan Koja, Jakarta Utara, dengan motif saling ingin diakui sebagai kelompok yang paling unggul.
Insiden yang sempat disiarkan langsung di media sosial ini mengakibatkan enam orang ditangkap bersama barang bukti senjata tajam.
Kapolsek Koja, Kompol Andry Suharto, menjelaskan bahwa bentrokan tersebut dipicu oleh keinginan kedua kelompok untuk memperoleh pengakuan sebagai yang "paling top."
"Penyebab tawuran hanya saling ingin dibilang top," ujar Andry saat dikonfirmasi pada Kamis (26/12).
Menurut Andry, pihak kepolisian telah mengamankan enam orang yang diduga terlibat dalam aksi tawuran. Selain itu, senjata tajam yang diduga digunakan dalam bentrokan juga berhasil disita.
"Sudah diamankan enam orang berikut senjata tajamnya," tambahnya.
Salah satu yang diamankan adalah admin media sosial yang menyiarkan tawuran secara live. Hal ini menarik perhatian publik karena menunjukkan bagaimana insiden tersebut dimanfaatkan untuk mendapatkan perhatian lebih luas di dunia maya.
"Adminnya (yang melakukan live medsos) juga sudah diamankan," ungkap Andry.
Penyiaran langsung aksi tawuran di media sosial menjadi salah satu faktor yang memperburuk situasi. Tindakan ini memancing lebih banyak perhatian dan berpotensi memicu aksi serupa di tempat lain.
Baca Juga : Seorang Pelajar Tewas Akibat Luka Tajam dalam Tawuran di Bekasi
Pihak kepolisian menegaskan akan menyelidiki lebih lanjut peran admin media sosial dalam insiden tersebut.
Kepolisian saat ini masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap keenam pelaku, termasuk menggali motivasi di balik keputusan mereka menyiarkan aksi tersebut.
Selain itu, pihak berwenang juga melakukan pengembangan kasus untuk mengidentifikasi apakah ada pelaku lain yang terlibat.
Aksi tawuran yang disiarkan secara live ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama terkait pengaruh negatif media sosial.
Banyak yang menilai bahwa tindakan ini tidak hanya merugikan kelompok yang terlibat, tetapi juga mencoreng citra kawasan Koja sebagai tempat yang aman.
Masyarakat sekitar mengharapkan adanya tindakan tegas dari pihak kepolisian untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Selain itu, edukasi mengenai penggunaan media sosial secara bertanggung jawab juga menjadi perhatian utama.
Polisi berkomitmen untuk menindak tegas pelaku tawuran, terutama jika terbukti bahwa aksi mereka disiarkan dengan tujuan memperbesar pengaruh atau mendapatkan pengakuan.
"Proses pemeriksaan masih terus dilakukan, dan kami tengah melakukan pengembangan kasus," jelas Andry.
Baca Juga : Polisi: 22 Remaja Tawuran di Bekasi Tak Saling Kenal, Mereka Dapat Undangan Pesta