Misteri Sekte Kiamat Uganda, 530 Anggota Dibakar Hidup-Hidup
Belakangan ini terdapat sejumlah sekte yang ramai dibicarakan salah satunya ialah sekte kiamat Uganda. Sekte tersebut membakar 530 anggota hidup-hidup di sebuah gereja.
BaperaNews - Sekte kini kembali jadi perbincangan usai hebohnya serial In the Name of God : a Holy Betrayal. Tidak hanya di Korea Selatan, di Uganda juga pernah terjadi sekte kiamat Uganda mengerikan, membakar 530 anggota hidup-hidup. Film In the Name of God : a Holy Betrayal ialah kisah tentang pimpinan predator Jung Myung Seok.
Sementara sekte kiamat Uganda bernama Movement of the Restoration of the Ten Commandments of God itu viral di dunia internasional pada tahun 2000 lalu, ketika ratusan anggota dibakar hidup-hidup di sebuah gereja. Sekte tersebut didirikan oleh pembangkang Katolik Roma Joseph Kibwetere, seorang pebisnis bernama Cledonia Mwerinde, dan pendeta Dominic Kataribababo.
Sejak didirikan, sekte kiamat Uganda tersebut meyakini akan terjadi kiamat pada 31 Desember 1999 dan dunia masuk ke millennium baru. Maka ketiga pemimpin sekte itu meminta pengikutnya menjual semua harta bendanya dan menanti akhir zaman. Pengikutnya juga dilarang banyak bicara, bahkan sering memakai kode untuk komunikasi.
Jika ingin bertanya sesuatu, harus menulis surat dan akan menjawab pula dalam pernyataan tertulis. Agar tidak terjerumus pada maut, mereka meyakini harus patuh pada hal tersebut. Namun nyatanya pada tahun 1999 tidak terjadi kiamat, mereka lalu menetapkan perkiraan kiamat baru pada 17 Maret 2000.
Baca Juga : 3 Fakta Tentang Sekte JMS, Profil Jung Myung Seok Pendiri Sekte Sesat
Mereka menggelar pesta besar di sebuah gereja terpencil di Kanungu, Uganda. Ketika semua peserta sudah berkumpul, semua dibakar hidup-hidup, ada 530an orang termasuk puluhan anak-anak tewas di tempat.
Seorang saksi yang merupakan warga sekitar bernama Anna Kabeireho masih ingat peristiwa mengerikan itu. “Semua berselimut asap dan jelaga, ada bau daging terbakar, bau itu rasanya langsung masuk ke paru-paru” tutur Anna Kabeireho.
Warga sekitar pun langsung berhamburan, api nampak membara dari kejauhan, usai api padam, jasad sudah hangus, tak bisa lagi dikenali.
“Kami harus tutup hidung kami dengan daun aromatic agar tidak mencium baunya, sampai beberapa bulan setelah kejadian itu bahkan kami tak bisa makan daging” pungkas Anne Kabeireho.
Aliran sesat selalu jadi keresahan tersendiri, jika tidak mendapat pendampingan dan pengarahan bisa terjadi hal-hal berbahaya bagi pengikutnya maupun orang lain sebagaimana yang terjadi di Uganda.
Baca Juga : Fakta-Fakta Serial Sekte Sesat In the Name of God: A Holy Betrayal Netflix