Mengkhayalkan Teknologi AI dan Kapsul Pewangi Kentut

Kecerdasan AI semakin hari semakin sempurna, segala kebutuhan dapat dipenuhi dengan AI. Lalu bagaimana potensi bahaya dan ancaman yang ditimbulkan di masa depan?

Mengkhayalkan Teknologi AI dan Kapsul Pewangi Kentut
Ilustrasi seorang Anak Kecil yang mengoperasikan sebuah komputerGambar: Bapera News (Midjourney)

BaperaNews - Saat bercanda dengan anak di rumah, tiba tiba muncul bau tak sedap disekitar kami.

"Kamu kentut ya ?" Tanya saya ke anak,sambil menutup hidung. Anak saya pun nyengir "Maaf,..gak bisa di rem,tapi kentut aku gak bau kok" " Heek...mana ada kentut gak bau" Saut saya."Yee ada aja, coba tanya ke AI (maksudya Artificial Inteligence)  yang lagi tranding itu, pasti Bapak dapat  jawaban makanan apa yg bisa membuat kentut kita wangi kayak parfum produk bulgari...Jaman now gitu lho, apa yg gak mungkin Rudolfo." Jawab anak saya sambil cekikian meniggalkan saya.

"AI ? Mungkin juga." Saya jadi masuk perangkap celotehan anak saya tentang Artificial Inteligence yang saat ini mulai banyak digunakan, dan terus dikembangkan para perekayasa IT.  "Bukankah Kalau habis ngopi urine kita bisa bau kopi, apa mungkin kentut kita jadi sewangi produk Bulgari, dengan merekayasa asupan kita ? Artinya dengan base data minor yang saya coba otak atik ini, ada kemungkinan untuk bisa dibuat kentut berbau wangi. Lantas bagaimana dengan data yang dimiliki dan diolah AI ? Jangan-jangan AI gak hanya jawab "Bisa" atau "Tidak" membuatnya, tapi sudah bisa memberi info ramuan bahannya, cara memproduksinya, hingga target pasar dan keuntungannya kalo dijual. 

BAHAYA ! Celoteh anak saya yang tergolong generasi "Z". Ini benar benar BAHAYA pikir saya. Sebagai turunan tehnologi Informasi terkini, AI sangat mungkin bisa menjawab dan memudahkan kerja kita, tergantung seberapa besar data dan kemampuan yang disematkan oleh perekayasanya. Saya kini jadi memahami kalau dalam lininmasanya, Si Elon, pemilik Twiter sekaligus Tesla, menyebut bahwa kecanggihan AI lebih berbahaya dari Nuklir. 

Kalau Si Elon yang hari-hari berkutat dengan kecanggihan Tehnologi informasi, menganggap "itu barang" berbahaya, trus bagaimana dengan warga negeri "Konoha",yang selama ini sebagian besar hanya tahu cara membeli dan menggunakan IT saja, sambil dengan jumawa berkata "Teknologi dalam genggaman", tanpa mau tau bagaimana memahami fungsinya,cara membuatnya,efeknya dan sebagainya, benar-benar  Bahaya.

Setidaknya saya juga setuju kalo ada yg menyimpulkan AI sangat mengkhawatirkan bagi warga Konoha, kalo tidak bisa disebut mengancam. Karena endingnya AI bakalan memicu Gelombang pengangguran dimana mana. Bagaimana tidak, saat ini AI diciptakan sudah seperti Palugada "Apa luh butuhin guwe ada". Bayangkan saja, AI dengan ChatGPT-nya bisa diminta mengerjakan PR fisika anak kita, lengkap dengan rumus dan cara penyelesaian soalnya. AI bisa membuat proposal penelitian,merancang jembatan, melukis,membuat puisi,membuat tabel,bahkan menirukan suara kita, persis intonasi dan dialeknya. Akibatnya,nanti banyak profesi yang tergilas, seperti costumer service,sekretaris, Guru, dokter, arsitek, akuntan, Surveyor, Polisi lalu lintas, dan masih banyak lagi. Barangkali nanti yang selamat hanya Terapis Pijat atau koki, karena AI gak punya data ukuran rasa "enak gak enak" yg beda-beda dari setiap pelanggan. 

Selain ancaman gelombang pengangguran, dalam bayangan saya, 5 atau 10 tahun lagi, penggunaan AI akan makin memperlebar kesenjangan sosial, Karena hanya masyarakat kelas up dan para cukong pemilik modal yang cepat mengakses dan  menguasai informasi dan data. Sampai disini, bayangkan bagaimana bila Data yang dimiliki cukong tadi diolah menggunakan AI untuk merekayasa apa saja yang menguntungkannya, termasuk bagaimana menciptakan atau halusnya "memproduksi boneka" yang bisa dijual dan disukai rakyat Konoha ? Setidaknya Tanda tanda ini bisa kita lihat jejak digital para taipan Konoha, dalam 5 atau 3 tahun terakhir, mereka ramai ramai berinvestasi, memborong saham, atau bahkan mendirikan perusahan data center, yang siap menyimpan data baik privasi maupun publik di negri Konoha.

Lantas bagaimana dengan nasib warga biasa di Konoha, untuk mengakses AI ? Jawabnya tentu ya sebatas kemampauan membeli kuota internet yang dimiliki, itupun sering habis belok buat tiktokan, alias "ngegive" cewek mandi lumpur, atau melototin live tiktok emak emak yang lagi goreng tempe pake daster bolong bolong. "Kenak Luh...!"

Karya: M Fauzan - Pemerhati Digital