Krisis Gandum, Moeldoko Sebut Kenaikan Harga Mie Tak Bisa Dihindari

Kepala Staf Presiden, Moeldoko sebut kondisi krisis pangan global terutama gandum akan membuat harga produk mie naik.

Krisis Gandum, Moeldoko Sebut Kenaikan Harga Mie Tak Bisa Dihindari
Moeldoko sebut kenaikan harga mie instan tidak bisa dihindari. Gambar : Unsplash.com/Dok. Sq Lim

BaperaNews - Perang antara Rusia dan Ukraina memicu krisis pangan global yang dirasakan sejumlah Negara, perang membuat produksi dan distribusi sejumlah komoditas kedua negara tersebut terganggu. Salah satunya ialah gandum.

Rusia dan Ukraina merupakan Negara penghasil gandum terbesar di dunia yang memenuhi 30-40% kebutuhan dunia. Perang membuat pasokan dan produksi gandum terhambat.

Kepala Staf Presiden, Moeldoko menyebut kondisi ini akan membuat harga produk turunan gandum seperti mie instan akan naik. “Harga indomie, supermie akan naik, tak bisa dihindari” ujarnya hari Selasa (19/7).

Moeldoko mengatakan, perang tidak hanya menyebabkan harga gandum naik, namun juga sejumlah komoditas lain seperti minyak dan pupuk, dan Indonesia juga terkena dampaknya. “Harga komoditas dunia naik mendekati harga US$ 100, harga pupuk dunia, dulu pupuk di Ukraina dan Belarusia US$ 200 per tonnya, karena dibantu oleh Amerika, kita harus impor dari Kanada, kini harganya US$ 900 per ton” imbuhnya.

Harga pupuk yang naik tersebut tentunya juga akan berpengaruh pada biaya pertanian yang pada ujungnya berpengaruh pada biaya sejumlah komoditas hasil pertanian seperti padi, jagung, dan lainnya.

Terlebih saat ini India, yang juga menjadi salah satu Negara pengekspor gandum terbesar di dunia memutuskan untuk melarang ekspor gandum demi memenuhi kebutuhan dalam negerinya terlebih dahulu.

Baca Juga : Gandum Mulai Langka, Jokowi : Yang Suka Makan Roti Dan Mie Harganya Bisa Naik

Hal itu membuat produk turunan gandum semakin beresiko naik, sebagai contoh, harga indomie goreng saat ini sudah naik menjadi Rp 105 ribu per dus, yang sebelumnya di awal tahun 2022 ialah Rp 90 ribu per dus.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi Lukman menambahkan, Indonesia harus putar otak agar bisa menekan biaya, jika tidak, jelas akan merugi. “Kita harus efisiensi semaksimal mungkin karena produsen yang memakai bahan baku dengan kenaikan luar biasa harus berinovasi dan efisienkan diri di internal, kita nggak boleh minus margin” tuturnya.

Kenaikan harga gandum dunia membuat importir juga menaikkan harga ke produsen makanan dan minuman. “Dari produsen harga sudah dinaikkan bertahap, awalnya saya dapat info akan naik 3% per kenaikan, berikutnya naik 3% lagi untuk antisipasi harga dunia, tapi adanya banned dari India, perkiraan kenaikan cukup besar yakni 5-10%, ini yang mengkhawatirkan” tutupnya.