BaperaNews - Hamas kembali menjadi sorotan setelah berhasil menjebak tentara Israel melalui serangkaian taktik siber yang melibatkan video porno dan aplikasi kencan.
Menurut laporan Global Network on Extremism and Technology, Pasukan siber Hamas, yang telah aktif selama lebih dari satu dekade menggunakan malware dalam video yang tampaknya tidak berbahaya dan aplikasi yang dirancang untuk merayu targetnya.
Taktik ini mencapai puncaknya dengan peristiwa yang terjadi pada 7 Oktober 2023, di mana Hamas diduga kembali melancarkan serangan peretasan.
Pasukan siber Hamas telah menunjukkan adaptasi dan keahlian yang terus berkembang dalam melancarkan serangan mereka. Sejak tahun 2013, kelompok ini telah memanfaatkan kelemahan manusia sebagai celah masuk, seperti terlihat ketika pegawai pemerintah Israel dan petugas infrastruktur dijerat melalui video porno yang seketika mengunduh malware saat dibuka.
Malware ini dirancang untuk aktif setelah sistem reboot menunjukkan tingkat kecanggihan yang tinggi dalam serangan siber.
Kemampuan ini semakin terasah ketika pada tahun 2015, Hamas menggunakan akun Facebook palsu untuk mengelabui tentara Israel, mengirimkan like dan interaksi pada konten yang terkait dengan berita, politik, dan perusahaan Israel.
Baca Juga: Menteri Israel Ancam Jatuhkan Bom Nuklir ke Gaza, Netanyahu Buka Suara
Metode ini membuka jalan bagi penyebaran malware lebih lanjut. Lanjutan taktik licik ini terlihat pada tahun 2018, ketika Hamas meretas aplikasi fitnes populer di kalangan tentara Israel dan menyusup melalui aplikasi terkait Piala Dunia yang dikenal sebagai Golden Club.
Pada tahun 2020, kelompok ini meningkatkan pendekatan mereka dengan meluncurkan serangan melalui aplikasi kencan Catch & See dan GrixyApp. Hamas tipu Israel dengan metode ini, mengundang tentara melalui akun Facebook untuk berkomunikasi lewat WhatsApp.
Pembicaraan yang diarahkan ke topik seksual berujung pada ajakan untuk mendownload aplikasi chatting yang tanpa diketahui oleh pengguna menginfeksi perangkat dengan malware.
Akibatnya, Hamas berhasil mendapatkan akses ke informasi sensitif, termasuk detail ke pangkalan militer dan persenjataan Israel. Serangan ini mendorong Israel untuk melakukan tindakan tegas dengan menghancurkan markas pasukan Hamas pada 2019. Namun, menurut analisis perusahaan pertahanan siber asal Israel, kekuatan siber Hamas bukanlah menurun, malah semakin canggih.
Penyusupan siber yang dilakukan Hamas merupakan bentuk perang asimetris yang memanfaatkan celah teknologi dan psikologis. Dengan memanfaatkan aplikasi kencan dan media sosial, Hamas tipu Israel tidak hanya secara teknis tetapi juga melalui manipulasi sosial.
Fenomena ini menegaskan bahwa dalam era modern, medan pertempuran meluas ke dunia maya, di mana keamanan nasional bisa terancam tidak hanya oleh misil dan mortir tetapi juga oleh klik dan kode.
Keamanan siber kini menjadi bagian integral dari pertahanan nasional di setiap negara, mengingat potensi ancaman yang tidak kenal batas dan terus berkembang setiap hari.
Baca Juga: Militer Israel Kepung dan Bagi Gaza Menjadi Dua Wilayah