Fahd A Rafiq Ungkap 3 Skenario Kondisi Bumi Pasca Perang Dunia III, Gimana Nasib Indonesia?

Fahd A Rafiq memaparkan tiga skenario dunia pasca Perang Dunia III. Bagaimana nasib Indonesia dan ASEAN di tengah perubahan global yang dramatis?

Fahd A Rafiq Ungkap 3 Skenario Kondisi Bumi Pasca Perang Dunia III, Gimana Nasib Indonesia?
Fahd A Rafiq Ungkap 3 Skenario Kondisi Bumi Pasca Perang Dunia III, Gimana Nasib Indonesia? Gambar : Ilustrasi Canva

BaperaNews - Mark Zuckerberg dan sejumlah tokoh globalis dilaporkan membangun bunker mewah di lokasi strategis seperti Hawaii dan Selandia Baru. 

Langkah ini diduga sebagai persiapan menghadapi skenario terburuk dari dampak Perang Dunia III, mengingat fasilitas tersebut dirancang untuk menahan berbagai ancaman, termasuk serangan nuklir. 

Proyek di Hawaii sendiri diperkirakan menghabiskan dana hingga USD 100 juta atau setara dengan Rp 1,5 triliun. Fasilitas ini dilengkapi ruang bawah tanah seluas 500 meter persegi yang dirancang tahan terhadap dampak Perang Dunia III

"Apakah ini berarti Perang Dunia III sudah di depan mata? Sampai sebegitunya persiapan mereka," ungkap Fahd A Rafiq di Jakarta pada Selasa (21/1/2025).

Ketua Umum DPP Bapera ini menambahkan, "Sebuah peristiwa besar akan terjadi dalam waktu dekat. Jika Perang Dunia III benar-benar terjadi, peta dunia tidak akan pernah sama lagi. Perubahan besar akan melanda batas wilayah negara, terutama di Eropa dan negara-negara yang terseret dalam perang," jelasnya.

Tiga Skenario Pasca Perang Dunia III

Fahd A Rafiq memaparkan tiga skenario yang dianggap paling mungkin terjadi berdasarkan data masa depan, algoritma geopolitik, dan geostrategi dari institusi-institusi pertahanan di Amerika Serikat dan Tiongkok. Berikut skenario-skenario tersebut:

Skenario 1: Rusia Kalah, NATO Menang

Dalam skenario ini, Rusia meluncurkan nuklir berkekuatan rendah ke pangkalan militer Ukraina. Serangan ini memicu NATO mendeklarasikan perang terhadap Rusia.

Negara-negara anggota CSTO seperti Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan turut membantu Rusia. Namun, dengan kerugian lebih dari 200 ribu tentara di Ukraina, Rusia tidak mampu bertahan melawan kekuatan NATO.

Tiongkok, yang setengah hati membantu Rusia, beralasan bahwa nuklir hanya boleh digunakan untuk pertahanan diri. NATO kemudian merebut wilayah barat Rusia dan Moskow, sementara Tiongkok mengambil alih Siberia yang kaya akan sumber daya alam.

Korea Utara bersatu dengan Korea Selatan, menggulingkan Kim Jong Un. Rusia akhirnya terpecah menjadi 11 negara pro-NATO, termasuk Kaliningrad.

Nasib ASEAN? Negara-negara ASEAN dikendalikan oleh NATO, yang dapat mengakibatkan perubahan signifikan dalam struktur politik dan ekonomi kawasan.

Pengaruh besar ini dapat melibatkan pengaturan ulang aliansi strategis, pembatasan kedaulatan, serta pengawasan ketat terhadap kebijakan domestik untuk memastikan stabilitas di bawah kontrol NATO. 

Indonesia diprediksi akan terpecah menjadi tiga bagian: wilayah barat (Sumatra, Kalimantan, Bali, dan Kepulauan Riau) menjadi bagian Singapura, wilayah tengah (Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua) dikendalikan Australia, sementara Pulau Jawa menjadi satu-satunya wilayah tersisa.

Baca Juga : Fahd A Rafiq: Memahami Cara Tiongkok dan Amerika Bernegara, Indonesia yang Mana?

Skenario 2: Rusia dan Tiongkok Menang

Skenario ini terjadi jika Rusia bersatu dengan Tiongkok, Korea Utara, Iran, Pakistan, negara-negara CSTO, dan anggota BRICS. Tiongkok merebut Taiwan, sementara Rusia menghancurkan Ukraina dengan ratusan rudal nuklir. Eropa Barat hancur lebur, NATO kalah, dan Amerika Serikat melemah.

Meksiko mendapat konsesi lima negara bagian di Amerika Serikat, sementara Kuba menguasai pesisir timur AS. Korea Utara mengambil alih Korea Selatan, menjadikan Kim Jong Un sebagai pemimpin tertinggi. Israel lenyap dari peta dunia, wilayahnya terbagi antara Suriah, Mesir, dan Palestina.

Jepang, Filipina, dan Indonesia tetap ada tetapi menjadi sekutu Tiongkok, bersama Australia dan Selandia Baru. Amerika dan 17 negara Eropa Barat menjadi wilayah tak layak huni karena kontaminasi nuklir.

Skenario 3: Kehancuran Total

Dalam skenario ketiga, baik Rusia maupun NATO sama-sama hancur. Negara-negara di belahan bumi utara, termasuk Amerika, Eropa, Rusia, dan Tiongkok, menjadi tak layak huni.

Hanya negara-negara di wilayah selatan khatulistiwa seperti Asia Selatan, Amerika Latin, dan sebagian Afrika yang bertahan. 

Namun, perubahan iklim ekstrem, kelangkaan makanan, dan munculnya wabah baru membuat kehidupan di bumi menjadi sangat sulit.

Diperkirakan hanya 37% hingga 65% populasi manusia yang dapat bertahan, mayoritas berada di selatan khatulistiwa.

Dunia memasuki babak baru dengan tatanan yang lebih berkelanjutan, di mana negara-negara yang bertahan mulai membangun sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan yang lebih stabil untuk mencegah konflik serupa di masa depan.

"Akankah Indonesia menjadi negara adidaya pasca Perang Dunia III? Atau, apakah akan muncul pemimpin progresif yang membawa Indonesia ke era baru?" tutup Fahd A Rafiq.

Lantas, bagaimana nasib bangsa Indonesia ke depan? Apakah bangsa ini mampu bertahan menghadapi perubahan besar, atau justru menjadi kekuatan baru di era pasca Perang Dunia III? Para pemimpin di Indonesia tentunya telah mempersiapkan strategi menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi pasca Perang Dunia III.

Baca Juga : Fahd A Rafiq Siap Bantu Pemerintah di Bidang Teknologi untuk Memproduksi Chip Semi Konduktor