Fahd A Rafiq Sarankan Pemerintah Redraw Map Kembali Geoekonomi Dan Geopolitik Indonesia
Fahd A Rafiq memberikan saran kepada pemerintah untuk Redraw Map kembali Geoekonomi dan Geopolitik Indonesia.
BaperaNews - Kembali mengingat sejarah, ketika Gajah Mada ingin menyatukan Nusantara di bawah Panji Gula Kelapa Merah Putih, Gajah Mada menarik sebuah garis Draw Maps.
Dari kalimat tersebut artinya bahwa kita harus membuat Draw Maps sendiri, karena kalau kita ikut Draw Maps negara lain, kita bisa dikerjain.
Belum lama ini Indonesia disibukkan dengan adanya konflik di Kepulauan Natuna dan Laut China Selatan, karena Tiongkok anggap bahwa wilayah itu adalah traditional fishingnya mereka, sehingga hal itu membuat Coast Guard China harus patroli sampai Laut Natuna.
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq mengatakan “jika kita bisa membaca hal ini khususnya yang paham militer dan pertahanan konflik ini merupakan sebuah penghinaan,” katanya.
Kenapa disebut sebuah penghinaan? sebab pengawal laut (Angkatan Laut) Indonesia harus berhadapan langsung dengan penjaga pantai (Coast Guard) China. Sangat tidak logis Angkatan laut harus berhadapan dengan penjaga pantai.
Tak hanya itu, Fahd A Rafiq juga mengusulkan kepada Pemerintah untuk berani mengganti nama Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara di peta Geografi, setidaknya dalam garis Zona Ekonomi Eksklusif 200 mil laut. Dan Indonesia harus punya nyali dan berani untuk melakukan hal ini.
Fahd A Rafiq juga mengusulkan kembali bahwa Pemerintahan Presiden Jokowi tinggal beberapa tahun lagi dan harus ada sejarah baru yang diciptakan untuk Negara Indonesia. Dan Platform bernegara harus melihat Geoekonomi dan Geopolitik.
Baca Juga : Fahd A Rafiq : Tindakan Itu Inti Dari Eksistensi Manusia
“Geoekonomi itu memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan Geografi dalam menjalankan roda ekonomi dalam memperoleh keuntungan ekonomi. Sedangkan Geopolitik adalah memanfaatkan kekuatan geografi wilayah kepentingan bangsa dan negara dalam perpolitikan dunia,” jelas Fahd A Rafiq seperti dilansir dari BaperaNews.com.
Perlu kita ketahui, sebuah program yang ingin dicanangkan akan sulit tercapai jika tidak melihat Geoekonomi dan Geopolitik dunia.
“Tugas pertama yang harus dijalankan adalah Drawing, Wilayah Indonesia harus Redraw Map misalnya warna merah adalah arus impor barang, biru adalah Flight Capital atau arus ruang keluar, hijau artinya komoditas yang keluar, kuning panah artinya arus tenaga kerja asing. Petakan maps saat ini lalu redrawing, gambar ulang, tarik gambar dan buat peta sesuai dengan keekonomian yang diinginkan,” imbuh Fahd A Rafiq.
Fahd A Rafiq menegaskan apabila gambaran ulang sudah jadi, buatlah sebuah program, jika program dibuat tanpa membaca kembali Geoekonomi maka bisa kurang tepat sasaran atau meleset.
“Ketua Dewan Pembina Bapera adalah Menko Perekonomian RI, kita juga harus baca Geoekonomi negara sekitar seperti Singapura, Malaysia, Australia. Panah yang kita buat harus bisa saling silang dan saling tembak. Jadi, jangan lihat drawingnya USA dan Tiongkok dulu, karena kita ga ada tarik panah tadi yang kita buat, maka kita akan jadi sasaran panah mereka dan hal inilah yang saat ini terjadi,” usul Fahd A Rafiq.
Tak hanya itu, Indonesia harus mampu memanfaatkan situasi konflik yang terjadi di dunia saat ini baik konflik global, regional, maupun kawasan. Karena sebentar lagi Indonesia akan mengadakan pertemuan G20 di Bali dan harus bisa memaksimalkan pertemuan tersebut.
“Bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara besar sebelum 2045 jika kita mampu menyalip di tikungan dan satu lagi tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kekurangan tersebut,” tutup Fahd A Rafiq.
Penulis : ASW