Fahd A Rafiq : Hati - Hati Jangan Sampai Papua Di Timor Lestekan

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq memberi peringatan kepada Indonesia jangan sampai Papua di Timor lestekan kepada negara lain.

Fahd A Rafiq : Hati - Hati Jangan Sampai Papua Di Timor Lestekan
Fahd A Rafiq : Hati - Hati Jangan Sampai Papua Di Timor Lestekan. Gambar : Istimewa

BaperaNews - Di Indonesia sendiri mempunyai banyak ras yang tersebar di seluruh Provinsi Indonesia, salah satunya Ras Melanesia yang tersebar di 5 Provinsi yang mempunyai beragam keunikan.

Suku Bangsa Indonesia satu ini, Ras Melanesia memiliki kekhususan sendiri yang derajatnya di atas rata - rata ras kebanyakan.

Menurut Profesor Paul Ekman di dalam kelas aplikasi Psikologi yang mempelajari “Ekspresi Manusia”. Isi dari kelas tersebut mengenai bagaimana melihat, membaca wajah seseorang dan mengetahui isi kepala seseorang dari wajah mereka, seperti ekspresi sedih, bahagia, terluka, gembira, khawatir yang terdapat dan bisa dibaca pada wajah seseorang. Bahwa wajah manusia itu The truth is All over your Face (Kebenaran ada di wajah seseorang).

Dalam survei 15 tahun di Papua bersama Ras Melanesia, Profesor Paul Ekman menjelaskan bahwa Papua adalah the last honesty person on earth (Papua adalah manusia terjujur terakhir yang disisakan di muka bumi ini), Dengan pola wajah yang dimiliki oleh Ras Melanesia dengan memetakannya kepada seluruh bangsa di dunia ini, bahwa ternyata cocok.

Ras Melanesia ini merupakan anugerah bagi Indonesia yang memiliki Papua dengan kekayaan alamnya dan mempunyai kejujuran tingkat dunia.

Fahd A Rafiq mengingatkan kepada kita semua akan sejarah dunia “Seseorang yang bernama Lauren Kabila adalah seorang pemberontak yang memerlukan dukungan dana untuk pemberontakannya, akhirnya dia dapat dukungan dari negara Kanada”.

Diketahui bahwa Negara Kanada membiayai Lauren Kabila dan pada saat tahun 1991 Demokrat Kongo berdiri hingga ia menjadi Presiden pertama.

Namun sayang sekali dukungan Kanada tidak gratis begitu saja, apa yang sudah dibayar oleh Republik Demokrat Kongo dimiliki oleh Kanada. Seperti, Tambang Kobalt yang menjadi milik negara Kanada sampai habis.

Baca Juga : Fahd A Rafiq Sekilas Membahas 7 Presiden Indonesia

Kembali ke negara kita yaitu Indonesia. Waktu dahulu Pak Karno ialah pemimpin visioner dan eksekutor yang baik. Ia melihat negara komunis (Uni Soviet dan Cina) mencari wilayah di Asia Tenggara.

Pak Karno menjual ide - ide tersebut ke Amerika dan melakukan Diplomasi langsung kepada Presiden Kennedy, yang dimana pada akhirnya Amerika mendukung dengan Resolusi PBB tahun 1961 -1962. Setuju Indonesia "Ambil"  PAPUA. 

Pada seketika muncullah Operasi Militer yang bernama Irian. Sebagai informasi, Irian singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland.

Suksesnya Trikora dan Dwikora mengambil Papua dari tangan Belanda, tidak murah harganya. Dengan Amerika meminta cadangan emas di Papua sampai habis hanya untuk Amerika, Namun Presiden kita Soekarno pintar dengan hanya memberi Grasberg.

Di sisi lain seperti Eastberg, Oksibil dan tambang lain tidak diberikan kepada Amerika dan Negara Amerika setuju hanya mengambil Grasberg. Lalu Mulailah di bukukan aset Grasberg tersebut sampai 2045 dalam catatan Federal Reserve sebagai Underlying Dollar atas aset Grasberg tersebut dan Tahun 1967 mulai dieksplorasi. 

Pada tahun 2017 ada yang menarik, saat manuver politik di Indonesia yang bercita cita mengambil 51% saham Freeport, dengan katanya “Kedaulatan”. Namun, ide pengambilan saham Freeport sudah terdengar sejak tahun 2007 lalu dengan beberapa buku yang telah beredar.

Pengamat intelijen dan Ekonomi Dunia tidak percaya dengan keputusan tersebut untuk mengambil saham freeport, karena alarm polisi dunia yang namanya Amerika nyala merah (Red Alert).

Maka sejak saat itu, Indonesia masuk "Nation Threat". 

Bagi Amerika sendiri dengan adanya tindakan Indonesia mengambil saham 51% Freeport masuk ke Nation Threatnya Amerika (ancaman bagi Amerika). 

Indonesia mempunyai alasan tersendiri karena ingin lebih untung secara finansial dan tidak ambil repot dengan saham Freeport. Dengan menaikkan pajaknya tanpa modal bisa lebih menguntungkan dan tidak usah repot dengan setor modal. Lalu kenapa Indonesia harus investasi? Kenapa harus masuk modal besar ke dunia tambang? Tambangnya tambang dalam lagi. Ini ide siapa sih? Apa ada pembisik? Sponsor negara lain? Atau ada yang gosok gosok negara kita?.

Negara itu punya kekuatan pajak, tidak mesti ambil saham, Ini yang membuat marah negara Paman Sam (Amerika). 

Amerika merasa dikhianati. Itukan perjanjian leluhur Indonesia dengan bangsa lain dan itu sudah deal dengan USA hanya mengambil Grassberg kenapa beli saham Freeport. 

Amerika sendiri pendominasi Militer dunia. Bahkan sekelas Senator McCain menegur langsung dengan surat bahwa Indonesia Nakal.

Sebagai informasi McCain ialah senator Arizona tempat Freeport Mcmoran. Pajak negara pada bagian tersebut banyak didapatkan oleh Freeport Mcmoran. Kalau diganggu 51% serangan pemerintah indonesia tersebut menjadi ancaman buat Arizona. 

Sedangkan kesepakatan pada operasi buat Irian jelas pada bagian dari pengambilan Amerika atas emas Grasberg. Maka dari itu, sebagai senator Republik penyokong Donald Trump bersama pemilik Freeport yang juga merupakan pendana dari Donald Trump yaitu Carl Ichan seorang Yahudi Ortodoks menekan gedung putih untuk trump melakukan aksi. 

Yang jadi pertanyaan ialah adakah operasi Intelijen dilaksanakan untuk membangun instabilitas di Papua? 

Sejak pertengahan 2017 Negara Amerika panas dan melakukan instabilitas pada Papua yang meningkat. Namun apakah Amerika yang bergerak? Atau gerakan Papua hanya sekedar konflik lokal atau saja karena pemerintah pusat tidak bisa menangani? Adakah unsur asing dalam masalah ini? Lalu kenapa setiap tanggal 2 Desember pada hari bintang kejora gerakan Papua merdeka dengan naikknya bendera bintang kejora di 18 negara. Siapa yang memainkannya, Amerika? Penembakan dan pembunuhan pekerja BUMN dengan senjata baru. Siapa yang sokong? Hal ini belum di tuntaskan, kenapa?

Pertanyaan - pertanyaan mulai bermunculan seperti :

  • Adakah hubungannya dengan 8 jam black out di ibu kota ? 
  • Adakah hubungannya dengan gudang senjata polisi yang terbakar? 
  • Adakah hubungannya dengan lon wolf teroris tunggal yang menyerang polisi?
  • Adakah hubungannya dengan Atribut FPI serang warga papua? 

Yang besoknya ribuan orang dilapangkan untuk meneriakkan Papua merdeka dan Referendum. Apakah ada sebuah hubungan atau peristiwa yang kebetulan beruntun? Atau apa ada lagi?

“Maaf lho ya, haruskah kita menggunakan kata maaf ? Kayaknya jangan naif - naif banget melihat Papua sebagai Konflik Horizontal biasa” Ujar Fahd A Rafiq.

“Bukan, sekali lagi. Kata maaf tidak cukup. Maafnya kurang panjang. Api dalam sekam selalu ada yang pasang, kabut asap di Kalimantan dan Sumatera  itu asli buatan manusia. Pasti ada yang masang. Masa teriak Referendum ngak ada yang ngajarin. Ya pasti ada” Lanjut Fahd A Rafiq.

“Lalu apa yang harus Indonesia lakukan dengan melihat kebijakan luar negeri Indonesia kedepan. Melihat perihal Referendum Timor Timur yang hanya dilahirkan dari pancingan konflik lalu PBB datang dengan pasukan UNAMED dan Referendum diadakan, lalu lepaslah itu Timor Timur. Ya Ini mungkin ketakutan saya saja. Papua dengan mudah di Timor lestekan,” imbuh Fahd A Rafiq.

Mengambil saham Freeport di Papua 51 % itu sudah keputusan bisnis yang  backfire bisa merugikan Indonesia, kalau untuk orang yang tidak paham sejarah. 

Sampai saat ini Indonesia belum lihat untung apa setor 4 billion dollar membeli saham Freeport dan nanti masih ditambah dana lagi untuk equity call untuk tambang dalam kira - kira mencapai 15 billion dollar atau 250 Triliun yang dari mana uangnya? Apakah ngutang lagi, sudah ngutang kemungkinan Papua lepas lagi. 

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq memberi saran dengan tegas kepada Pemerintah Indonesia bahwa Indonesia tidak pernah lelah memberikan ide dan saran terbaik untuk bangsa ini, meski tidak di minta. Mari kita benahi Papua dari dasar sampai Geopolitik Dunia.

Baca Juga : Fahd A Rafiq Ceritakan Negara Besar Yang Bermain Cantik Dalam Politik Global

Penulis : ASW