Fahd A Rafiq beri tanggapan Indonesia-Jepang Percepat Pengembangan Transisi Energi dan Infrastruktur Pendukung

Pemerintah Indonesia, melalui Menko Airlangga Hartarto, dan JBIC Jepang terus mempercepat kerjasama dalam bidang transisi energi dan infrastruktur pendukung.

Fahd A Rafiq beri tanggapan Indonesia-Jepang Percepat Pengembangan Transisi Energi dan Infrastruktur Pendukung
Fahd A Rafiq beri tanggapan Indonesia-Jepang Percepat Pengembangan Transisi Energi dan Infrastruktur Pendukung . Gambar : Dok.Istimewa

BaperaNews - Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto dan Ketua Dewan Direksi Japan Bank of International Cooperation (JBIC) sekaligus Penasihat Khusus untuk Kabinet Jepang Tadashi Maeda kembali bertemu di Jakarta pada Kamis (21/9).

Ketua Umum DPP Bapera Fahd El Fouz A Rafiq, sampaikan Pemerintah terus mempercepat kerjasama dengan Jepang perihal Transisi Energi dan Infrastruktur Pendukung, melalui Menko Airlangga Hartarto yang melakukan pertemuan dengan Ketua Dewan Direksi JBIC pada kamis kemarin.

“Indonesia dan Jepang terus melalukan kerjasama untuk melakukan percepatan pengembangan Transisi Energi dan Infrastruktur Pendukung, melalui Pak Menko Airlangga Hartarto yang bertemu dengan Ketua Dewan Direksi JBIC kamis kemarin, saya mendukung penuh upaya program tersebut, ini juga mendukung infrastruktur yang sedang dilaksanakan di IKN.” Ujar Fahd A Rafiq Sabtu, (23/9).

Menko Airlangga dan Maeda juga membahas Joint Crediting Mechanism (JCM) dan proyek-proyek potensial lainnya yang akan diimplementasikan di bawah Asia Zero Emission Community (AZEC). Skema JCM merupakan kerja sama yang paling memungkinkan antara Indonesia dan Jepang untuk memitigasi karbon.

JCM memiliki peran yang penting dalam membantu merumuskan kebijakan nasional mengenai penetapan harga karbon. Implementasi JCM juga mendorong sektor swasta untuk memperkuat kepercayaan diri mereka dalam berpartisipasi dalam aksi iklim.

Saat ini, Indonesia berniat untuk meluncurkan pertukaran karbon yang memungkinkan berbagai jenis karbon untuk diperdagangkan. Dengan adanya dukungan dari Jepang terkait dengan JCM Indonesia dapat mengimplementasikan sebanyak 54 proyek JCM dan melakukan setidaknya 150 studi kelayakan terkait program pengurangan emisi karbon.

Fahd A Rafiq menambahkan, “Dalam kerjasama tersebut, saya harapkan dapat terjalin dengan lancar, dan menciptakan hasil yang maksimal baik Transisi Energi dan Infrastruktur pendukung lainya, dan dapat memajukan Indonesia untuk masa depan Indonesia yang lebik maju.” Tutup Fahd A Rafiq.

Pertemuan ini menyetujui pembentukan Satuan Tugas (Task Force) untuk pelaksanaan Transisi Energi dan Infrastruktur, kerja sama Indonesia dan Jepang.

Kemudian, kelompok ahli (expert group) yang dikelola oleh pejabat senior Kemenko Bidang Perekonomian Indonesia, Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang serta JBIC. Selain itu, Satuan Tugas juga melibatkan pejabat kementerian terkait dan korporasi.

Dalam pertemuan tersebut, juga dibahas beberapa sektor potensial meliputi pengembangan pembangkit tenaga air (hydropower plant) di Kayan, Kalimantan Utara untuk menggantikan PLTU di Jawa, pengembangan teknologi efisien untuk Pembangkit Listrik Geotermal, Carbon Capture, Utilizaton, and Storage (CCUS), blue urea serta revitalisasi kawasan gambut dengan teknologi Jepang.

Penulis : Fachrul