Ekonom Ungkap Penyebab Dollar AS Tembus Rp 15.000

Nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah per hari Rabu (21/9) menguat di level Rp 15.023, Ekonom dan Bank Indonesia ungkap penyebab hal ini bisa terjadi

Ekonom Ungkap Penyebab Dollar AS Tembus Rp 15.000
Mata uang Asia melemah, apa penyebab Dollar AS tembus Rp 15.000. Gambar : pixabay.com/Dok. Geralt

BaperaNews - Berdasarkan data RTI, nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah per hari Rabu (21/9) menguat di level Rp 15.023.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyampaikan mata uang Rupiah ditutup dengan kondisi melemah 13 poin meski sebelumnya sempat melemah 30 poin pada level Rp 14.997 dari penutupan sebelumnya Rp 14.983.

“Dan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah mungkin dibuka berfluktuatif, namun ditutup melemah sekitar Rp 14.980 – 15.040” ujarnya pada Rabu (21/9).

Ekonom dan Co founder Institute of Social, Economics, & Digital Ryan Kiryanto menambahkan, pergerakan dollar AS dipengaruhi oleh perang Rusia Ukraina yang akhir-akhir ini kembali memanas ditambah The Fed menaikkan FFR 75-100 bps membuat dollar AS (Amerika Serikat) menguat drastis.

“Jadi orang melepas uang non dollar AS untuk beli dollar AS ini, ini fenomena super strong” sambungnya.

Mata Uang Asia Lemah

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto menyebut mungkin hampir semua mata uang Negara berkembang Asia melemah, termasuk rupiah.

Menurutnya hal ini karena keputusan The Fed untuk FFR (federal funds rate) yang diputuskan pada Rabu (21/9) malam waktu Indonesia dimana diperkirakan The Fed menaikkan hingga 75 bps.

“Tentu hari ini kita masuk pasar dengan triple interventionnya untuk pastikan jangan sampai ada pelemahan yang liar atau berlebih” tuturnya.

Baca Juga : Oknum Dokter Di Tabanan Cetak Uang Palsu, Dipakai Untuk Bayar Jasa Tukang Pijat

Jika mata uang rupiah melemah, barang-barang impor dari Negara lain akan semakin mahal karena barang impor dijual belikan dengan uang dollar AS.

Selain itu, juga berdampak pada berkurangnya barang ekspor ke luar negeri yang kemudian berdampak pada ekonomi masyarakat Indonesia.

Sebagai informasi The Fed ialah bank sentral milik AS yang memiliki pengaruh besar pada kenaikan mata uang dan segala hal yang berhubungan dengan transaksi dagang dengan dollar AS.

The Fed punya kebijakan menaikkan suku bunga kepada Negara-negara yang menggunakan dollar AS sebagai mata uang transaksi dagangnya, termasuk Indonesia.

Jika suku bunga dinaikkan secara agresif, akan berdampak pada nilai tukar mata uang rupiah yakni mempengaruhi aliran modal dari asing ke saham Indonesia.

Sedangkan, FFR ialah suku bunga antar bank yang menjadi dasar biaya pinjam meminjam dan bps (basis point) ialah unit pengukuran untuk menjelaskan persentase. 1 bps sama dengan 0,01% atau 1/100 %.

Baca Juga : Jokowi Tegaskan Tak Ada Penghapusan Daya Listrik 450 VA