Dokter Residen Bunuh Diri Usai Kerja Lembur 207 Jam
Seorang dokter residen di Jepang bunuh diri akibat stres dan tekanan mental yang diakibatkan oleh jam kerja berlebihan.
BaperaNews - Bekerja berlebihan seringkali membuat seseorang stres. Hal inilah yang terjadi pada seorang dokter di Jepang.
Dokter residen di Jepang bunuh diri usai mengalami stres dan gangguan mental akibat terlalu banyak bekerja. Keluarga korban mengungkap dokter residen itu diharuskan bekerja lebih dari 200 jam dalam sebulan.
Kasus bunuh diri dokter residen ini terjadi pada Takashima Shingo. ia adalah dokter residen di sebuah rumah sakit kawasan Kobe, Jepang. Shingo bunuh diri pada Mei 2022 karena tekanan mental yang ia alami.
Shingo diminta bekerja lembur sekitar 207 jam per bulannya dan tidak bisa ambil cuti selama 3 bulan. Sebulan setelahnya, Shingo bunuh diri karena frustasi dengan kelelahan yang ia rasakan.
“Sebelum bunuh diri, ia berkata kondisi yang dia alami terlalu sulit dan tidak ada yang membantunya. Anak saya tidak lagi bisa menjadi dokter yang baik hati dan tidak mampu lagi menyelamatkan pasien serta berkontribusi pada masyarakat (karena telah meninggal dunia). Saya harap lingkungan kerja para dokter bisa lebih baik supaya tidak ada lagi hal sama di masa depan” cerita Junko, ibu Shingo hari Jumat (25/8).
Baca Juga : Awas! Nunggak Pinjol Bisa Berdampak Sulit Dapat Kerja
Kasus bunuh diri dokter residen dibantah oleh RS Medical Center Kobe yang menjadi tempat korban bekerja. Badan pengawas ketenagakerjaan setempat menyebut kematian Shingo bukan karena bunuh diri melainkan karena kecelakaan kerja akibat jam kerja yang panjang dimana sebab kematiannya memang berhubungan dengan tekanan besar yang dihadapi para petugas kesehatan.
Keluarga Shingo menyebut kematian Shingo terjadi karena korban putus asa sebagai seorang pemuda dan masih merasa bersedih atas kematian tersebut. Jepang sendiri dikenal sebagai negara yang gila kerja, seolah harus bekerja terus menerus.
Tidak hanya dokter, pekerja lain seperti karyawan juga mengeluh jam kerja yang berat, tekanan tinggi dari atasan, rasa hormat berlebihan pada perusahaan, dan lainnya yang masih jadi budaya di Jepang.
Apapun pekerjaan yang dilakukan perlu untuk mendapat pengaturan jam yang baik serta mendapat hak libur atau cuti. Pekerjaan yang berlebihan jelas beresiko membuat seseorang frustasi sebagaimana kasus bunuh diri dokter residen di Jepang ini.
Informasi ini sama sekali bukan menjadi inspirasi untuk bunuh diri. Jika Anda memiliki masalah, segera cari bantuan psikiater atau psikolog terdekat atau hubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes di 021-500-454.
Baca Juga : Bangun Tidur Masih Merasa Kantuk? Ini Alasan Kenapa Kamu Terus Kelelahan