BRIN Jelaskan Dampak Badai Matahari Bagi Masyarakat Indonesia

Peneliti dari BRIN jelaskan Indonesia akan terkena dampak dari fenomena alam badai matahari, mengingat Indonesia berada tepat di garis khatulistiwa.

BRIN Jelaskan Dampak Badai Matahari Bagi Masyarakat Indonesia
Dampak badai matahari bagi masyarakat Indonesia. Gambar : Unsplash.com/Cole Marshall

BaperaNews - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan resiko badai matahari untuk Negara Indonesia mengingat Indonesia berada tepat di garis khatulistiwa.

Peneliti dari BRIN Johan Muhammad menjelaskan Indonesia akan terkena dampak dari fenomena alam badai matahari, namun tidak sebesar jika dibandingkan dengan daerah di lintang tinggi seperti sekitar kutub bumi.

Dampak badai matahari untuk Indonesia diperkirakan terjadi gangguan pada sinyal radio frekuensi tinggi, cuaca antariksa, dan navigasi satelit.

“Di Indonesia, cuaca antariksa akibat aktivitas matahari bisa mengganggu komunikasi antar pengguna radio HF dan mengurangi akurasi penentuan posisi navigasi berbasis satelit seperti GPS” jelasnya (11/8).

“Selain itu, karena tingginya ketergantungan masyarakat pada teknologi satelit dan jaringan ekonomi global, gangguan di satelit dan jaringan listrik wilayah lintang tinggi seperti kutub akibat cuaca antariksa tentunya juga berpengaruh kepada kehidupan manusia di Indonesia secara tidak langsung” lanjutnya.

Johan menyebut, matahari ialah sumber energi utama di tata surya dan berpengaruh besar pada cuaca antariksa.

Baca Juga : Jokowi Minta BMKG Untuk Serius Antisipasi Perubahan Iklim

Cuaca antariksa ialah keadaan di antariksa, khususnya wilayah antara bumi dan matahari yakni lebih detailnya di medium antarplanet, atmosfer atas bumi, dan selubung magnet bumi.

Sebagaimana cuaca di bumi, cuaca di antariksa juga dinamis dan bergantung pada aktivitas matahari.

Matahari secara rutin melepas energinya berupa radiasi, energi yang mempengaruhi cuaca antariksa ialah flare, lontaran massa korona, dan angin surya.

“Aktivitas matahari secara langsung mengubah tekanan dan kepadatan plasma di medium antarplanet dan ionosfer, serta meningkatkan tekanan magnetic di magnetosfer bumi, akhirnya sejumlah gelombang elektromagnetik yang biasa dipakai manusia terganggu akibat aktivitas matahari yang ekstrim” imbuhnya.

Namun Johan Muhammad menegaskan masyarakat tidak perlu panik atau termakan hoaks.

Banyak hoaks menyebut badai matahari ialah kiamat, ia menyebut hal itu keliru dan harus diluruskan.

“Tidak ada istilah seperti itu di ilmiah, kita hidup berdampingan dengan cuaca antariksa sejak lama, aktivitas matahari itu hal rutin, yang perlu dipahami ialah bagaimana memitigasi dampak negatifnya semampu kita” pungkasnya.

Johan dan pihaknya berupaya untuk terus melakukan edukasi, salah satunya menyediakan informasi di situs resminya di https://swifts.brin.go.id.

Di dalam situs tersebut, masyarakat bisa mendapat edukasi dan informasi tentang aktivitas matahari, prediksi cuaca antariksa, dan hasil penelitian oleh BRIN lainnya sehingga akan terhindar dari berita - berita yang palsu alias hoaks.

Baca Juga : Ada Wilayah Di Bumi Yang Mirip Dengan Planet Mars, Ini Wilayahnya!