Belum Pulih Dihantam Gempa, Gili Trawangan Kian Merana Dihajar Corona
Belum sempat pulih dihantam oleh gempa, Gili Trawangan yang sering kedatangan wisatawan internasional dan lokal sekarang kian merana dihajar oleh Virus Corona. Berikut Informasi Lengkapnya !
BaperaNews - Lombok Barat sempat sangat sepi kondisinya, seperti kota mati, tak ada turis, rasanya begitu sunyi.
Detik Travel baru-baru ini menyambangi Gili Trawangan, kecantikannya masih sama, tak ada cela. Namun suasananya berbeda, turis kosong melompong, jalanan sangat sepi dengan suasana yang sunyi, hanya ada beberapa kendaraan lalu lalang.
Sesekali ada delman lokal, delman yang disebut si domo ini lewat membawa wisatawan domestik untuk melihat-lihat keindahan dan berkeliling. Penyewaan sepeda juga mirip tempat parkir, sepeda nampak ramai berjejeran, hanya ada satu dua yang disewa untuk berkeliling.
Gempa dan pandemi Covid19 yang terjadi di Gili Trawangan membuat wilayah wisata ini seolah kehilangan nyawa, sunyi dan sepi. Sisi pertokoan yang lebih parah, yang dulunya banyak music menggema kini seolah menguap menjadi udara, banyak toko yang tutup atau dijual karena tak mampu lagi bertahan tanpa adanya kunjungan wisatawan.
Bar dan resto yang biasanya ramai di pinggir pantai juga sepi, tak ada suara berbincang dan tawa disana, hanya ada suara ombak berdeburan. “Sepi sekali sekarang disini, dulu ada pasar malam juga, sekarang enggak ada, ya itu karena ada gempa juga ada pandemi” ucap Yusuf, pemandu lokal dari Lombok.
Yusuf bercerita, sebelum ada pandemi, Gili Trawangan ramai, banyak wisatawan internasional dan lokal datang, semua toko ramai, resto, juga kuliner, bahkan ada pasar malam yang ramai di sekitar pantai, ada banyak produk lokal dan kuliner yang diburu wisatawan.
“Sedih banget, kasihan yang cari rezeki disini, semoga pandemi cepat membaik lah” tutur Yusuf.
Kepulauan Gili Trawangan yang punya laut biru kehijauan dan biota laut beraneka ragam sebelumnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara, sebelumnya ekonomi berkembang pesat dengan lebih dari 1.500 pengunjung datang setiap harinya.
Tetapi sejak terkena gempa ditambah adanya pandemi yang tak kunjung usai membuat pemerintah menutup perbatasan, akibatnya hotel dan restaurant tidak dikunjungi wisatawan dan membuat mereka tidak bisa bertahan.
Menurut Lalu Kusnawan, Ketua Asosiasi yang mengelola hotel di Gili Trawangan, ada sekitar 800 hotel dengan total 7.000 kamar, hanya 20 – 30 diantaranya yang masih buka. Toko, bar, café hampir semuanya djual dan tutup, debu dan laba-laba banyak berkumpul di meja dan kursi usang yang kini tak digunakan.
Diharapkan Pemerintah bisa membantu menghidupkan kembali wisata di Gili Trawangan dengan membuka kembali jalur perbatasan sehingga wisatawan bisa masuk dan membantu ekonomi warga disini.