Baru Masuk Kuliah ? Kamu Harus Baca Ini
Bila kamu baru masuk kuliah, atau sedang menempuh kuliah, baca ini untuk jadi motivasi kamu !
BaperaNews - Salah satu cita-cita setiap kita seteleh lulus sekolah menengah, baik itu SMA, SMK, maupun MA adalah melanjutkan ke jenjang berikutnya, kuliah menjadi mahasiswa lalu mendapat gelar istimewa, menjadi sarjana. Untuk menggapainya tidaklah mudah. Gelar sarjana yang disematkan pada seseorang selepas lulus kuliah, merupakan pengakuan formal setelah menempuh proses pendidikan akademik yang panjang dan tidak mudah dilalui begitu saja, baik itu di perguruan tinggi maupun swasta.
Sayangnya, dalam beberapa kasus kebelakang, proses pendidikan akademik ini sedikit tercoreng. Tertampar tanpa ampun. Proses perkuliahan yang mestinya ditempuh sesuai prosedur itu, terpatahkan dengan cara-cara licik yang begitu mudahnya lulus serta bergelar sarjana, dan tentu saja mendapat izajah, oleh sebagian “oknum” pendidikan.
Hal ini tentu mengabaikan proses yang mestinya dilalui oleh setiap mahasiswa. Bukankah sudah menjadi ketentuan bahwa seorang mahasiswa tidak hanya dituntut menuntut ilmu semata, namun juga dapat mengabdikan diri pada masyarakat sesuai Tridarma perguruan tinggi itu yang diakal-akali oleh sebagian kalangan untuk tidak berlaku sama sekali? Bahkan, hanya ditempuh dengan beberapa hari saja untuk kemudian tiba-tiba diwisuda?
Hakikat Mahasiswa
Pemaknaan kuliah bagi mahasiswa haruslah secara luas tidak hanya sebatas kemandirian dalam kuliah saja namun yang tak kalah penting peran sosial dalam memajukan masyarakat. Mahasiswa harus menjadi lokomotif perubahan yang mensponsori lahirnya ide-ide baru yang didapatkan dari bangku kuliah.
Apabila kita mengacu pada sejarah sejak mulai zaman pergerakan hingga tercapai kemerdekaan, peran kaum pelajar yang identik dengan mahasiswa saat itu sangatlah signifikan dalam memacu semangat kemerdekaan. Namun, patut disayangkan akhir-akhir ini seiring dengan perjalanan waktu dan perputaran zaman peran mahasiswa sudah mulai redup.
Lihatlah, fakta hari ini tak sedikit mahasiswa yang terkontaminasi sifat individu yang hanya mementingkan diri sendiri dan kuliah semata tanpa mau tahu perkembangan masyarakat sekitar. Dan, bahkan tidak sedikit pula mahasiswa yang memiliki pola pikir instan yang mau serba cepat. Inilah yang menjadikannya “generasi cepat saji”
Sebagai contoh nyata dapat kita lihat pada perilaku nyata yang ditandai ciri-ciri perilaku mahasiswa yang sesuai zamannya. Mungkin para pembaca tidak asing kalau kita mendengar tahun 1990an banyak mahasiswa yang memiliki ‘mahasiswa fotokopi’, lalu tahun 2000-an ada sebutan ‘mahasiswa flashdisc’. Dari sini kemudian berlanjut muncul istilah ‘mahasiswa internet’ yang identik juga dengan ‘mahasiswa copy-paste’ dan masih banyak sebutan lainnya. Dan yang terbaru–“sarjana cepat saji”.
Siap Mandiri
Dari ciri-ciri sebutan itu tergambar dengan jelas bahwa di setiap era ada saja mahasiswa yang berperilaku tidak mengambarkan sesuai dengan karakter mahasiswa yang sesungguhnya yang benar-benar ‘maha’. Artinya, sebagai orang yang duduk di perguruan tinggi semestinya mahasiswa dapat mengembangkan diri dan bakatnya dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan baik ilmu murni maupun terapan.
Pun perguruan tinggi juga dituntut untuk terus berbenah agar lulusan-lulusan yang dihasilkan tidak hanya sebatas memegang gelar atau ijazah. Tetapi mereka harus benar-benar siap untuk dilepaskan ke masyarakat. Yang terjadi saat ini, banyak para lulusan yang tidak siap. Sehingga, tak mengherankan, banyak pengangguran yang terdidik terutama tamatan perguruan tinggi yang kita temui. Ambil saja misalnya data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran sarjana atau lulusan universitas pada Februari 2013 mencapai 360 ribu orang, atau 5,04 persen dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang.
Angka ini tentu tidak sedikit dan kesemuanya ini tidak terlepas dari perguruan tinggi. Mereka tidak boleh lepas tangan, patut dipikirkan model dan kurikulum perkuliahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Apalagi, dengan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kesiapan dan kecermatan perguruan tinggi sangat dinantikan.
Selain itu juga para mahasiswa pun dituntut mampu membaca arah dan peluang-peluang yang ada. Tidak boleh ada mahasiswa yang hanya berpikiran sempit setelah lulus kuliah dengan menenteng ijazah mencari lapangan kerja.
Memang tidak salah, tetapi mereka juga harusnya mampu berpikir yang baik dan cermat menyikapi zaman, karena dengan cara itu akan menjadikan seseorang memiliki daya imajinasi dan analisa yang tajam. Tak dimungkiri pada saat ini, mahasiswa masih diselimuti paradigma berpikir sempit bahwa tamat kuliah mereka berbondong-bondong mencari kerja.
Mindset seperti ini harus diubah, mahasiswa setelah lulus kuliah diharapkan berani membuka usaha dan menciptakan lapangan kerja secara mandiri.