Aturan Baru di Starbucks, Dilarang Nongkrong Tanpa Membeli

Starbucks larang pengunjung duduk di gerai atau menggunakan fasilitas tanpa melakukan pembelian.

Aturan Baru di Starbucks, Dilarang Nongkrong Tanpa Membeli
Aturan Baru di Starbucks, Dilarang Nongkrong Tanpa Membeli. Gambar: Ilustrasi Canva

BaperaNews - Starbucks telah mengumumkan kebijakan baru yang melarang pengunjung untuk duduk di gerai atau menggunakan fasilitas tanpa melakukan pembelian.

Peraturan Starbucks ini mulai berlaku pada Senin (13/1), menggantikan aturan sebelumnya yang lebih terbuka dan mengizinkan siapa saja untuk masuk ke gerai tanpa syarat pembelian.

Kebijakan ini disertai dengan penerapan kode etik baru yang akan diterapkan di seluruh gerai Starbucks di Amerika Utara.

Baca Juga: Klarifikasi Zita Anjani Usai Foto Starbucks Depan Ka'bah

Kode etik tersebut mencakup larangan terhadap berbagai tindakan, termasuk diskriminasi, pelecehan, konsumsi alkohol dari luar, merokok, vaping, penggunaan narkoba, dan meminta-minta.

Menurut juru bicara Starbucks, Jaci Anderson kebijakan ini bertujuan untuk memberikan prioritas kepada pelanggan yang membeli produk di gerai.

Anderson menyatakan bahwa langkah ini sejalan dengan praktik serupa di banyak peritel lainnya.

"Kami ingin semua orang merasa diterima dan nyaman di gerai kami. Dengan menetapkan ekspektasi yang jelas, kami dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua pihak," kata Anderson.

Bagi pengunjung yang melanggar peraturan Starbucks ini, pihak gerai akan meminta mereka untuk meninggalkan tempat. Jika diperlukan, aparat hukum dapat dilibatkan.

Baca Juga: 103 Warga Gaza Tewas Dibantai Militer Israel Setelah Pengumuman Gencatan Senjata

Selain itu, karyawan Starbucks akan mendapatkan pelatihan khusus untuk memastikan kebijakan ini diterapkan secara konsisten.

Langkah ini mencabut kebijakan yang diterapkan pada 2018 setelah insiden kontroversial di gerai Starbucks Philadelphia.

Saat itu, dua pria kulit hitam ditangkap karena menggunakan ruang tanpa membeli apa pun. 

Insiden ini memicu kecaman luas terhadap Starbucks karena dianggap diskriminatif.

Namun, sejak kebijakan terbuka diberlakukan, muncul berbagai laporan terkait perilaku tidak tertib di beberapa gerai.

Pada 2022, Starbucks bahkan menutup 16 gerai di Amerika Serikat, termasuk di Los Angeles dan Seattle, karena masalah keamanan seperti penggunaan narkoba dan gangguan lainnya yang menimbulkan risiko bagi karyawan dan pelanggan.