Ahli Ungkap Kini Virus Corona Menyebar Dari Sel Ke Sel dan Sembunyi Dari Antibodi
Para ahli mengungkapkan, kini virus corona atau SARS-Cov-2 dapat menyebar dari sel ke sel dan sembunyi dari antibodi. Berikut Informasi Selengkapnya !
BaperaNews - Para ahli akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa virus corona atau SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dapat bertahan dan menyebar dari sel ke sel. Berdasarkan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences yang dipublikasikan pada Rabu (22/12/2021) virus ini telah memiliki beberapa gerakan sembunyi-sembunyi agar tetap hidup.
Selain itu, para peneliti juga mengungkapkan salah satu rahasia virus corona yang berhasil ‘bersembunyi’ dari sistem kekebalan tubuh adalah dengan menyebar melalui transmisi sel ke sel.
Berdasarkan eksperimen kultur sel, para peneliti kini menemukan bahwa virus Corona atau SARS-CoV-2 penyebab dari Covid-19, membatasi pelepasan partikel virus yang dapat dinonaktifkan oleh antibodi. Akan tetapi, para partikel itu pun akan tetap terselip di dalam dinding sel kemudian menyebar di antara sel.
“Pada dasarnya ini adalah bentuk penularan bawah tanah,” ujar profesor virologi di Department of Veterinary Biosciences di Ohio State University, Shan-Lu Liu dilansir dari Phys, Kamis (23/12/2021).
Liu menjelaskan dalam risetnya ini, Virus Corona atau SARS-Cov-2 menyebar dari sel ke sel karena pada dasarnya tidak ada penghambat dari sistem imun manusia. Sel target pun menjadi sel donor dan hanya menjadi gelombang penyebar karena virus tidak dapat keluar dari sel.
Baca Juga : Libur Natal dan Tahun Baru Tak Ada Penyekatan, Tapi Bakal Ada Tes Covid 19 Acak
Liu dan timnya juga menyatakan bahwa spike protein virus pada permukaan saja memungkinkannya untuk menyebar dari sel ke sel. Namun reseptor utama virus pada sel target bukanlah bagian yang diperlukan bagi proses transmisi sel ke sel.
Selain itu, para ahli pun menemukan bahwa antibodi yang dibentuk oleh tubuh kurang efektif untuk melawan virus yang sudah menyebar melalui sel. Lalu para ahli pun membandingkan virus SARS-Cov-2 dengan virus corona di balik wabah SARS tahun 2003 yang disebut SARS-CoV.
Berdasarkan temuan ini, Liu pun dapat memberikan penjelasan semnetara terkait mengapa wabah SARS pada tahun 2003 dapat menyebabkan tingkat kematian yang jauh lebih tinggi meski hanya berlangsung selama delapan bulan. Sedangkan, untuk pandemic Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun, sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala.
Perbandingan tersebut pun menunjukkan, bahwa SARS-CoV yang menyebabkan SARS pada tahun 2003 lebih mudah dinetralkan dengan antibodi daripada SARS-CoV-2 dalam proses transmisi sel.
“Spike protein diperlukan dan cukup untuk transmisi sel ke sel SARS-CoV-2 dan SARS-CoV karena satu-satunya perbedaan dalam pseudovirus ini adalah protein lonjakannya,” papar Liu.
Tak hanya itu, peneliti juga melakukan percobaan yang menguji sampel darah dari pasien Covid-19 terhadap virus asli SARS-CoV-2 dan menunjukan bahwa virus itu dapat menghindari respons antibodi melalui transmisi sel ke sel. Kemudian, netralisasi antibodi virus di mode transmisi sel-bebas dinilai efektif.
"Kami dapat memastikan bahwa transmisi sel-ke-sel tidak sensitif terhadap penghambatan antibodi dari pasien Covid atau orang yang divaksinasi," kata Liu.
Dia menambahkan, resistensi transmisi sel ke sel terhadap netralisasi antibodi harus diwaspadai karena varian SARS-CoV-2 terus muncul, termasuk varian Omicron.
Menurut dia masih banyak yang belum diketahui tentang temuan virus corona menyebar dari sel ke sel, mekanisme apa yang digunakan, bagaimana hal ini dapat mempengaruhi respons individu terhadap infeksi virus, dan apakah transmisi sel ke sel yang efisien berkontribusi pada kemunculan ataupun penyebaran virus baru.