Ahli Ungkap Bahaya Anak Main Roleplay di TikTok

Muncul tren Roleplay TikTok yang bermula dari video seorang ayah memergoki anaknya sedang bermain roleplay. Ahli ungkap bahaya anak bermain roleplay.

Ahli Ungkap Bahaya Anak Main Roleplay di TikTok
Ahli ungkap bahaya anak main roleplay di TikTok. Gambar : Dok. Istimewa

BaperaNews - TikTok saat ini menjadi media sosial paling populer di dunia. Penggunanya tidak hanya orang dewasa, namun juga remaja dan anak-anak. Baru-baru muncul tren Roleplay TikTok yang bermula dari video seorang ayah memergoki anaknya sedang bermain roleplay yang tidak sesuai dengan umurnya.

Roleplay sendiri artinya melakukan peran tertentu yang berbeda dari karakter asli, disalurkan dengan cara bertutur kata, filter pendukung, cara berpakaian, dan lainnya kemudian dibuat konten. Pada intinya roleplay meniru suatu hal yang berbeda dari karakternya dengan tujuan hiburan.

Psikiater Lahargo Kembaren SpKj menyebut roleplay TikTok ini membawa dampak buruk untuk anak-anak. Anak bisa mengalami ketagihan, bisa membahayakan pikiran anak yang sedang dalam proses mencari jati diri.

“Ketika dia melakukan roleplay, dia merasa nyaman, dia merasa oh aku senang ya jadi peran itu. Itu di otaknya keluar hormone dopamine yang membuat dia nyaman, dia tenang dan nyaman sesaat, tapi ketika sudah turun dan tidak punya cara lain untuk mendapat ketenangan selain hal sama, terjadilah pola perilaku yang berulang-ulang” kata Lahargo Kembaren.

Baca Juga : Fitur Baru TikTok: Umur di Bawah 18 Tahun Cuma Bisa Main 1 Jam Sehari

Surgeon General’s Advisory AS juga mengemukakan bahaya anak main roleplay TikTok dari penggunaan media sosial untuk remaja dan anak-anak.

Studi bahaya anak main roleplay TikTok yang dilakukan pada remaja AS umur 12 - 15 tahun yang dibagi sesuai status kesehatan mental dasar menemukan bahwa remaja yang menghabiskan waktunya lebih dari 3 jam per hari untuk bermain media sosial beresiko mengalami kesehatan mental buruk, termasuk kecemasan dan depresi.

Disebutkan bahwa siswa kelas 8 dan 10 menghabiskan waktu di media sosial sedikitnya 3,5 jam per hari di tahun 2021. Hasilnya, depresi naik 9% dan kecemasan naik 12% dari batas.

Media sosial berkontribusi pada 300.000 lebih kasus depresi baru. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang resiko media sosial di masa depan untuk remaja dan anak-anak.

Pembatasan penggunaan media sosial dirasa perlu untuk mereka agar terhindar dari bahaya anak main roleplay TikTok. Dari hasil penelitian yang sama, mengurangi penggunaan media sosial untuk remaja dan anak selama 30 menit per hari bisa membantu menurunkan depresi.

Pembatasan media sosial pada orang dewasa juga meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup sekitar 25 - 40%. Perlu untuk bijak bermedia sosial baik itu usia dewasa, remaja, dan anak-anak.

Baca Juga : Viral Video TikTok Nakes Bedakan Layanan Pasien BPJS dan Umum