600 Anak Di Bantul Kena TBC, Diduga Akibat Sering Dicium

Kabar menyedihkan datang dari anak-anak yang tinggal di wilayah Bantul, kabarnya 600 anak di Bantul terkena TBC diduga karena keseringan dicium.

600 Anak Di Bantul Kena TBC, Diduga Akibat Sering Dicium
Ilustrasi Foto 600 Anak di Bantul kena TBC diduga akibat sering dicium. Gambar : unsplash.com/Dok. Omar Lopez

BaperaNews - Viral unggahan video di TikTok yang membagikan kisah bayi berusia satu tahun dengan diagnosis Tuberkulosis (TBC atau TB). Diketahui yang membuat heboh video tersebut adalah pengakuan dari seorang ibu bernama Rima (27). Ia mengklaim bahwa sang bayi tertular TBC akibat dicium oleh orang-orang yang merasa gemas dengan si kecil. 

Lalu, apakah benar penyakit TBC bisa ditularkan melalui kontak fisik?

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Berdasarkan data pengidap TBC di Indonesia dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, mencatat dari Januari sampai November 2022 ada 1.216 kasus Tuberkulosis (TBC). Dari ribuan orang ini 50 persen anak-anak di Bantul terkena TBC.

"Sejak Januari sampai November ada 1.216 kasus pengidap TBC yang ditemukan di seluruh fasilitas kesehatan. Nah, 619 di antaranya adalah kasus TBC anak dan 12 kasus pasien TBC resisten obat," kata Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Budi Raharja, dikutip dari Detik, Rabu (21/12).

Baca Juga : Penyakit Strep A Tewaskan 8 Anak Di UK, Simak Gejala Strep A!

Adapun faktor lain, seperti banyaknya anak tertular TBC karena masih banyak orang yang belum terdeteksi dan belum diobati. Jika dikalkukasikan yang terjangkit TBC ada 2.431 orang, dan baru ditemukan 1.216 kasus. Belum terdeteksi kenapa anak terkena TBC, apalagi sering dicium dan digendong.

Adapun faktor terjangkit penyakit TBC lain yaitu kurang gizi dan stunting sehingga menyebabkan daya tahan anak berkurang. Selain itu, anak tidak bisa menularkan ke orang lain. Pemerintah terus melakukan sosialiasai terkait penyakit TBC dan juga melakukan screening dan menguatkan jaringan dimasyarakat untuk lebih memahami gejala TBC.

"Jadi kalau ada ditemukan keluarganya kena TBC harus segera diambil tindakan," kata Agus Budi Raharja.

Pasien TBC seharusnya rutin pengobatan sampai 6 bulan. Pihaknya khawatir jika tidak diatasi pasien akan resisten obat.

"Faktornya banyak yang putus berobat mungkin ada yang lupa, kedua tentu pemahaman terkait pengobatan TB itu sendiri," kata dia. Untuk itu, jika ditemukan pasien TBC maka diperlukan pendamping minum obat (PMO).

Baca Juga : Sejumlah Anak Di Mesir Meninggal Dunia Usai Dikasih Obat Antibiotik Palsu