Tragis, Perempuan di China Meninggal Usai Jalani 6 Operasi Plastik dalam Sehari
Seorang perempuan di China meninggal dunia setelah menjalani 6 operasi plastik dalam sehari. Kasus ini ungkap risiko bedah ekstrem dan sorotan pada regulasi bedah plastik.
BaperaNews - Seorang perempuan di China meninggal dunia setelah menjalani enam operasi plastik dalam kurun waktu 24 jam.
Liu, perempuan asal Nanning, dikabarkan mengalami gagal pernapasan akut akibat emboli paru usai serangkaian prosedur bedah. Insiden ini terjadi setelah Liu meminjam 40 ribu Yuan (sekitar Rp88 juta) untuk membiayai operasi yang diinginkannya.
Menurut laporan dari South China Morning Post, Liu mengunjungi sebuah klinik kecantikan di Nanning dengan niat memperbaiki penampilannya melalui berbagai prosedur bedah plastik.
Pada hari pertama, ia menjalani operasi kelopak mata ganda dan perbaikan hidung yang memakan waktu sekitar lima jam.
Keesokan harinya, ia melanjutkan dengan prosedur sedot lemak pada kedua paha yang digunakan untuk implan wajah dan payudara. Kedua prosedur tersebut juga berlangsung selama lima jam.
Liu sempat dinyatakan dalam kondisi stabil oleh pihak klinik dan diizinkan pulang pada hari berikutnya. Namun, tidak lama setelah meninggalkan klinik, Liu tiba-tiba pingsan di dalam lift.
Staf klinik berusaha memberikan pertolongan pertama sebelum membawanya ke The Second Nanning People’s Hospital untuk perawatan intensif. Sayangnya, Liu tidak dapat diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia pada sore harinya.
Hasil autopsi yang dilakukan menunjukkan bahwa Liu mengalami gagal pernapasan akut, yang disebabkan oleh emboli paru sebagai komplikasi dari prosedur sedot lemak.
Emboli paru adalah kondisi di mana gumpalan lemak atau darah tersangkut di pembuluh darah paru-paru, mengakibatkan gangguan serius pada sistem pernapasan.
Kematian Liu menimbulkan reaksi keras dari keluarganya, yang kemudian mengajukan gugatan terhadap klinik kecantikan tersebut ke Pengadilan Rakyat Distrik Jiangnan.
Mereka menuntut kompensasi sebesar 1,18 juta Yuan (sekitar Rp2,6 miliar) atas kematian Liu, yang juga merupakan ibu dari satu anak.
Meski begitu, pihak klinik menolak tuntutan keluarga Liu dengan alasan bahwa seluruh prosedur yang dilakukan telah sesuai standar medis.
Mereka menegaskan bahwa klinik tersebut memiliki izin resmi untuk melakukan prosedur operasi plastik, dan kedua dokter yang terlibat juga memiliki lisensi yang valid. Selain itu, volume lemak yang dibuang selama prosedur disebut memenuhi standar medis yang berlaku.
Dalam persidangan, klinik berpendapat bahwa Liu telah memahami risiko yang terkait dengan operasi plastik sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur.
Baca Juga : Usai Pijat Kepala Gratis di Tukang Cukur, Pria di India Kena Stroke
Mereka menganggap bahwa kematian Liu adalah akibat komplikasi yang tidak dapat diprediksi, dan bukan kesalahan medis.
Mereka juga menyatakan bahwa laporan autopsi yang menunjukkan emboli paru tidak cukup untuk mendukung tuduhan malapraktik.
Namun, pengadilan memutuskan bahwa klinik kecantikan tersebut harus bertanggung jawab atas kematian Liu. Meskipun pihak klinik telah mengikuti prosedur yang sesuai dengan regulasi, pengadilan tetap menganggap bahwa ada kegagalan dalam menjaga keselamatan pasien.
Akibatnya, pengadilan memerintahkan klinik untuk membayar kompensasi kepada keluarga Liu sesuai jumlah yang mereka tuntut.
Tidak puas dengan putusan tersebut, klinik mengajukan banding. Pada tahap banding, pengadilan merevisi jumlah kompensasi yang harus dibayar.
Dari tuntutan awal 1,18 juta Yuan, jumlah kompensasi dikurangi menjadi 590 ribu Yuan (sekitar Rp1,3 miliar). Meski jumlah kompensasi direvisi, keputusan bahwa klinik bertanggung jawab tetap tidak berubah.
Kasus kematian Liu mengundang perhatian publik terhadap risiko yang terkait dengan operasi plastik, terutama ketika dilakukan dalam jumlah dan durasi yang ekstrem.
Banyak pihak mempertanyakan apakah klinik tersebut seharusnya melakukan enam prosedur bedah dalam waktu singkat, mengingat setiap operasi memiliki risiko tersendiri.
Selain itu, kasus ini memicu diskusi mengenai regulasi yang lebih ketat dalam industri bedah plastik di China.
Operasi plastik memang menjadi pilihan banyak perempuan di China untuk meningkatkan penampilan mereka. Prosedur seperti operasi kelopak mata ganda dan sedot lemak menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, insiden yang dialami oleh Liu menunjukkan bahwa meskipun operasi plastik dapat memberikan hasil yang diinginkan, risikonya tidak bisa diabaikan.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi banyak orang mengenai pentingnya memahami risiko yang ada sebelum menjalani prosedur bedah.
Di tengah meningkatnya permintaan terhadap operasi plastik, kasus Liu menunjukkan bahwa keputusan untuk melakukan bedah kosmetik sebaiknya dipertimbangkan dengan matang, termasuk pemilihan klinik yang memiliki reputasi baik dan dokter yang berlisensi.
Sementara itu, pihak klinik tetap mempertahankan argumen bahwa seluruh prosedur dilakukan sesuai standar.
Namun, insiden ini memberikan tekanan bagi otoritas kesehatan di China untuk mengevaluasi kembali regulasi dan standar keamanan dalam praktik bedah plastik.
Bagi keluarga Liu, keputusan pengadilan diharapkan bisa memberikan sedikit keadilan atas kehilangan yang mereka alami.
Baca Juga : Rumah Sakit Ilegal di Filipina Gratiskan Operasi Plastik untuk Penjahat dan Buronan