Terkait Banyak Korban Jiwa Di Kegiatan Menwa, Pengamat Pendidikan : Menwa Harusnya Ditiadakan!
Pengamat pendidikan mengusulkan pembubaran menwa terkait dengan banyaknya korban jiwa, perlukah menwa ditiadakan ?. berikut informasinya !
BaperaNews - Akhir – akhir ini banyak kegiatan dari Resimen Mahasiswa (Menwa) di sejumlah kampus yang berujung maut. Tercatat sebanyak tiga mahasiswa di kampus berbeda meninggal dunia usai mengikuti kegiatan Menwa dalam beberapa waktu belakangan.
Seiring kejadian tersebut, desakan dari elemen kampus untuk membubarkan Menwa pun semakin mencuat hingga ke tingkat nasional. tiga kasus kematian anggota Menwa terjadi di kampus yang berbeda yaitu:
Pertama terdapat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta bernama Nailah Khalisah yang meninggal dunia setelah mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) yang dilaksanakan pada tanggal 1 April sampai dengan tanggal 4 April 2021.
Selanjutnya, ada mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo bernama Gilang Endi Saputra yang meninggal dunia usai mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) yang dilaksanakan di Karangpandan, Kabupaten Karanganyar pada tanggal 24 Oktober 2021 lalu.
Dan yang baru saja terjadi terdapat mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) bernama Fauziyah Nabilah, meninggal dunia usai mengikuti kegiatan pembaretan Menwa pada tanggal 25 September 2021.
Merespons dari banyaknya kejadian tersebut, Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda meminta Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) membekukan kegiatan diksar Menwa di semua kampus.
"Kemendikbud Ristek, baiknya melakukan moratorium sementara kegiatan Diksar Menwa di seluruh kampus di Indonesia. Sembari dilakukan evaluasi baik terkait materi, kualifikasi trainer, hingga supporting system pelaksanaan diksar Menwa yang memang menguras fisik," kata Huda.
Evaluasi Dari Kementerian
Pengamat pendidikan, Indra Charismiadji menyampaikan bahwa kementerian yang bersangkutan harus merespons mengenai kematian sejumlah mahasiswa yang terjadi setelah mengikuti kegiatan Menwa dengan melakukan evaluasi ihwal keberadaan Menwa di lingkungan kampus.
Bila keberadaanya tidak dibutuhkan, menurutnya, Menwa di lingkungan kampus seharusnya ditiadakan.
"Harus mulai dari Kemhan, apakah kita butuh tentara cadangan. Sekarang kalau enggak ada kebutuhan, buat apa ada Menwa?" kata Indra.
Indra juga menyampaikan bahwa ketiadaan kebutuhan mengenai keberadaan Menwa membuat lembaga tersebut tidak dikelola dengan sosok yang profesional. Menurutnya, situasi tersebut kemudian membuat Menwa menjadi arena perpeloncoan atau bullying yang dilakukan dari senior ke junior.
"Jadi arah ke bullying, ngerjain saja, rusak semua, tujuannya nggak jelas, sesuatu yang tujuan nggak jelas ya akan berantakan," ucapnya.
Indra menjelaskan, bahwa kementerian terkait seharusnya ikut andil dalam mengelola Menwa di semua perguruan tinggi secara profesional. Menurutnya, kementerian tidak boleh membiarkan mahasiswa yang mengikuti Menwa hanya sekedar mengenal seragam ala militer tanpa mendapatkan pelatihan yang profesional.
"Bukan cuma pakai seragam doang terus yang melatih kakak kelas, itu akhirnya cuma ajang perpeloncoan saja yang zaman sekarang enggak ada manfaatnya, Kalau dikelola jadi bagian sumber daya manusia militer kita enggak mungkin akan seperti ini," jelasnya.