Resmi! Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata di Gaza Mulai 19 Januari

Israel dan Hamas resmi menyepakati gencatan senjata di Gaza, yang akan mulai berlaku pada Minggu (19/1).

Resmi! Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata di Gaza Mulai 19 Januari
Resmi! Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata di Gaza Mulai 19 Januari. Gambar: IG/@ummah

BaperaNews - Israel dan Hamas resmi menyepakati gencatan senjata di Gaza, yang akan mulai berlaku pada Minggu (19/1).

Kesepakatan ini mencakup pertukaran sandera dan tahanan setelah genosida berkepanjangan Israel atas Gaza selama 15 bulan.

Mediator utama dalam perjanjian ini adalah Qatar, yang mengumumkan kesepakatan tersebut melalui Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani dalam konferensi pers pada Kamis (16/1).

"Kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang tahanan dan pertukaran sandera, dan (para mediator) mengumumkan gencatan senjata dengan harapan mencapai gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak," kata Sheikh Mohammed bin Abdulrahman.

Baca Juga: Gaza Kehilangan 6% Populasi, 1.091 Bayi Meninggal Akibat Agresi Israel

Pada fase pertama gencatan senjata, sebanyak 33 orang yang disandera Hamak sejak 7 Oktober 2023 akan dibebaskan.

Sandera yang dilepaskan mencakup perempuan sipil, anak-anak, lansia, serta individu yang sakit atau terluka.

Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina, termasuk jenazah, yang jumlah pastinya akan diselesaikan pada tahap kedua dan ketiga selama periode 42 hari awal gencatan senjata.

Israel juga akan menarik pasukannya dari dalam wilayah Gaza, tetapi tetap ada di perbatasan dengan klaim untuk memastikan kelancaran proses pertukaran tahanan. 

Dalam tahap ini, pengembalian orang-orang yang terlantar akibat konflik ke tempat tinggal mereka juga menjadi bagian dari kesepakatan.

Baca Juga: Dalam 3 Bulan, Israel Hanya Izinkan 12 Truk Bantuan Masuk Ke Gaza

Perdana Menteri Qatar menyampaikan optimisme bahwa gencatan senjata ini dapat membuka jalan menuju perdamaian permanen antara kedua pihak. 

Sheikh Mohammed juga menambahkan bahwa para mediator, termasuk Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir, akan memantau pelaksanaan kesepakatan melalui badan yang berbasis di Kairo.

Hamas menyebut kesepakatan ini sebagai pencapaian besar yang menunjukkan keberanian rakyat Gaza dalam menghadapi konflik berkepanjangan.

Seorang pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri menegaskan bahwa kesepakatan ini sekaligus membuktikan kegagalan Israel untuk mencapai tujuan militernya selama agresi di Gaza.