Ranny Fahd A Rafiq: Jaminan Sosial di Indonesia Saat Ini Sebagai Benteng Pelindung yang Retak dan Hampir Runtuh

Ranny Fahd A Rafiq menyoroti krisis jaminan sosial di Indonesia, menyebutnya sebagai benteng yang retak dan hampir runtuh, mengancam kesejahteraan rakyat.

Ranny Fahd A Rafiq: Jaminan Sosial di Indonesia Saat Ini Sebagai Benteng Pelindung yang Retak dan Hampir Runtuh
Ranny Fahd A Rafiq: Jaminan Sosial di Indonesia Saat Ini Sebagai Benteng Pelindung yang Retak dan Hampir Runtuh. Gambar : Istimewa

BaperaNews - Di tengah kemegahan Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, sebuah ironi besar sedang menggerogoti kehidupan jutaan rakyatnya. 

Jaminan sosial, yang seharusnya menjadi pelindung bagi setiap warga negara, kini tampak seperti sebuah janji kosong, sebuah mimpi yang jauh dari kenyataan, ujar Ranny Fahd A Rafiq di Jakarta pada Minggu, (27/10).

Ranny mengungkapkan dengan nada lantang, "Sila ke-5 Pancasila, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memahaminya itu tidak mudah. Hanya orang yang berilmu dalam dan tinggi saja yang bisa melaksanakan ini. Kami semua anggota DPR RI yang ada di Senayan menginginkan kebaikan dan kesejahteraan untuk rakyat Indonesia secara utuh serta berusaha mendorong pemerintah untuk berbuat adil. Kita bukan hanya mendorong saja, kita akan dobrak kalau perlu agar pemerintah lebih adil kepada rakyat," tegas Ibu Anggota DPR RI.

Istri dari Fahd A Rafiq ini melanjutkan, "Mengapa harus didobrak? Karena pemerintah (lembaga eksekutif) itu digaji dari pajak rakyat. Makanya saya harus marah-marah di sini. Kalau pemerintah tidak bersikap adil pada rakyat, maka kami yang ada di DPR yang jadi sasaran kemarahan rakyat; faktanya kan seperti itu," ungkapnya.

Ranny mengasosiasikan, "Di balik gemerlap gedung pencakar langit dan sederet angka pertumbuhan ekonomi, nasib jutaan rakyat yang menggantungkan hidup pada jaminan sosial ternyata bak terhempas ombak tanpa perlindungan. Jaminan sosial yang digembar-gemborkan sebagai 'pelindung' setiap warga negara, tak ubahnya hanya fatamorgana di padang tandus. Di permukaan, ia tampak gagah dan meyakinkan, namun di dalamnya, penuh dengan ketakutan. Tumpukan janji yang retak, itulah suara nurani rakyat yang kami cerna saat ini," ucap Ranny dengan nada puitis.

Ranny menegaskan, "Jujur saja, kami di DPR juga tidak tuli akan semua aspirasi rakyat. Pasti akan kami sampaikan semua suara sumbang dari rakyat, baik suara-suara yang ada di jalan, di media sosial, maupun sindiran-sindiran yang sering dinyanyikan lewat lagu," ungkapnya.

Ranny melanjutkan, "Fakta yang saya lihat di lapangan, di ujung lorong layanan kesehatan, antrean panjang pasien yang berharap pada kartu jaminan kesehatan menjadi bukti nyata bahwa jaminan sosial di negeri ini adalah benteng yang hampir runtuh. Warga yang sakit parah pun terpaksa berjam-jam, terkadang berhari-hari, hanya demi mendapatkan layanan dasar, khususnya di rumah sakit pemerintah. Jika tidak ada BPJS atau tidak ada uang, pasti akan ditolak," ungkapnya dengan nada sedih.

Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq Soroti Permasalahan Kesehatan dan Penyakit Mematikan di Indonesia

"Rumah sakit yang penuh sesak, kekurangan obat, hingga tenaga medis adalah contoh jaminan sosial yang seharusnya melindungi. Dan jika jaminan kesehatan saja lemah, bagaimana nasib mereka yang berharap pada jaminan hari tua atau bantuan saat kehilangan pekerjaan? Janji-janji kesejahteraan ini sepertinya lebih menyerupai bayang-bayang samar," ungkapnya dengan gusar.

Artis dan pengusaha muda ini menyebutkan, "Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan jaminan sosial di Indonesia antara lain penargetan sasaran program yang masih lemah dan kurang akurat, entah itu terkait kedekatan dengan yang menjalankan program atau berbagai masalah lainnya. Terkadang saya melihat masih sering terjadi miskomunikasi, menunggu arahan dari atasan. Psikologi bawahan itu kan biasanya mereka takut salah mengambil keputusan dan takut kena sebutan offside. Mengapa sering macet? Dia menunggu instruksi yang jelas dari atasannya; ini persoalan teknis, loh, berdasarkan pengalaman saya."

Ranny juga menambahkan, "Perbedaan usia pensiun dan saat mendapatkan jaminan pensiun, kelemahan profesionalisme manajemen dan staf BPJS Ketenagakerjaan, serta pekerjaan informal yang kerap luput dari BPJS dan mendapat perlakuan berbeda ketika menggunakan BPJS kelas paling bawah. Jaminan sosial itu pengaman agar keluarga yang ditimpa tidak jatuh miskin. Pemerintah harus menggunakan mata cacing untuk melihat hal teknis seperti ini," pungkas Ketua Umum Pertiwi Bapera ini.

Ranny menyebutkan bahwa jaminan kesehatan nasional memiliki banyak macam, seperti Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan, dan ini wajib diperhatikan pemerintah pusat dengan fokus.

Ranny menggambarkan jaminan sosial di Indonesia hari ini ibarat menara megah yang dibangun di atas pasir.

Para pekerja yang mengabdikan diri dan bekerja keras, baik di sektor formal maupun informal, pada akhirnya hanya bisa bergantung pada tabungan pribadi yang sering kali tidak cukup untuk menanggung beban hidup di masa tua. 

Buruh harian, pekerja sektor informal, dan jutaan pekerja lepas lainnya hidup dalam ketakutan, tanpa kepastian bahwa mereka akan terlindungi di hari tua.

Ranny mengusulkan kepada pemerintah pusat dan daerah agar melihat permasalahan dengan metode zoom out agar mana yang masih berantakan dapat terlihat dengan jelas dan segera diatasi dengan baik, ungkapnya.

Ranny menyimpulkan bahwa persoalan jaminan sosial di Indonesia telah menjadi benteng pelindung yang rapuh bahkan nyaris runtuh. Janji perlindungan bagi rakyat kecil hanyalah dongeng indah di balik realita yang kejam.

Sistem yang seharusnya menjadi penyelamat rakyat kini menjadi simbol ketidakadilan dan ketidakberpihakan. Rakyat bertanya-tanya kapan negara benar-benar hadir untuk mereka yang paling membutuhkan? Ataukah mereka akan terus dibiarkan sendirian menghadapi?

Penulis : ASW