Murid SD di Subang Meninggal Usai Dianiaya Tiga Kakak Kelas, Diduga Karena Tak Berikan Uang
Siswa SD di Subang meninggal dunia usai diduga dianiaya tiga kakak kelasnya akibat menolak memberi uang. Kasus ini memicu perhatian atas bullying di sekolah.
BaperaNews - Albi Ruffi Ozara (9), siswa kelas 3 SD Jayamukti Blanakan, Kabupaten Subang, meninggal dunia setelah diduga menjadi korban penganiayaan oleh tiga kakak kelasnya.
Insiden tragis ini terjadi setelah Albi sempat dirawat intensif selama tiga hari di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subang.
Kasus ini kembali memicu kekhawatiran terkait bullying dan penganiayaan di lingkungan sekolah.
Menurut keterangan keluarga dan pihak sekolah, peristiwa bermula saat jam istirahat sekolah pada Jumat (22/11/2024). Albi diduga menjadi korban pemalakan oleh tiga kakak kelasnya yang masing-masing berinisial M, D, dan O.
Ketiganya merupakan siswa kelas 4 dan kelas 5 di sekolah tersebut. Korban menolak memberikan uang yang diminta, sehingga ia menjadi sasaran kekerasan.
Sarti, anggota keluarga Albi, menjelaskan bahwa korban sempat mengeluhkan sakit kepala hebat dan muntah-muntah sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.
“Dia mengaku dipukul dan ditendang oleh tiga kakak kelasnya. Katanya juga kepalanya dijedotkan ke tembok,” ungkap Sarti.
Korban langsung dilarikan ke RSUD Subang dalam kondisi kritis. Selama perawatan, dokter menyatakan Albi mengalami pendarahan otak yang menyebabkan koma.
Wakil Direktur RSUD Subang, dr. Syamsul Riza, menjelaskan bahwa kondisi korban terus memburuk hingga akhirnya meninggal dunia pada Senin sore (25/11/2024).
Kasatreskrim Polres Subang, AKP Gilang Indra Friyana Rahmat, mengonfirmasi bahwa jenazah korban telah dibawa ke RS Bhayangkara Polri Losarang, Indramayu, untuk diautopsi. Langkah ini dilakukan guna memastikan penyebab pasti kematian Albi.
“Kami akan menunggu hasil autopsi untuk melanjutkan penyelidikan lebih lanjut,” ujar Gilang.
Polisi juga telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk keluarga, teman sekolah, serta pihak sekolah. Hingga kini, penyelidikan kasus penganiayaan yang melibatkan siswa SD tersebut masih terus berjalan.
Baca Juga : Guru Honorer Supriyani Divonis Bebas, Tak Terbukti Aniaya Anak Polisi
Kasus ini mendapat perhatian luas, termasuk dari Pj Bupati Subang, Imran. Ia mengecam keras insiden tersebut dan menegaskan bahwa pengawasan sekolah harus diperketat untuk mencegah kejadian serupa.
“Nyawa generasi muda bangsa hilang sia-sia karena bullying. Pihak sekolah harus benar-benar memastikan keamanan dan pengawasan terhadap siswa,” tegas Imran.
Sebagai langkah awal, Imran menonaktifkan kepala SDN Jayamukti Blanakan. Ia juga mempertimbangkan pemecatan jika terbukti ada kelalaian serius dari pihak sekolah.
Selain itu, pada Selasa (26/11/2024), ia akan mengumpulkan seluruh kepala sekolah di Subang untuk menekankan pentingnya pengawasan siswa.
Kasus ini menunjukkan dampak serius dari bullying dan penganiayaan terhadap anak-anak. Pihak keluarga mengungkapkan bahwa Albi kerap menjadi korban kekerasan, baik di sekolah maupun di luar, termasuk saat mengikuti kegiatan mengaji.
Insiden ini meninggalkan trauma mendalam bagi keluarga dan memicu tuntutan agar pelaku dihukum seadil-adilnya.
“Kami meminta pihak berwenang untuk mengusut tuntas kasus ini. Anak kami tidak seharusnya kehilangan nyawa dengan cara seperti ini,” ujar salah satu anggota keluarga korban.
Insiden siswa SD dianiaya ini kembali menyoroti urgensi penanganan kasus bullying di sekolah. Selain menuntut pertanggungjawaban hukum bagi pelaku, kasus ini diharapkan menjadi peringatan bagi semua pihak untuk meningkatkan pengawasan dan memastikan lingkungan yang aman bagi siswa.
Imran menegaskan bahwa tindakan tegas akan diambil untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
“Kasus ini harus menjadi yang terakhir,” ujarnya.
Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu memberikan efek jera dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan bullying di kalangan siswa.
Baca Juga : Pria di Pulo Gadung Jadi Tersangka Usai Aniaya Penabrak Mobilnya Hingga Tewas