Ketum DPP BAPERA. Fahd A Rafiq: Arsitek Negara Indonesia Menuju Kelas Dunia, Belajar dari Donald Trump
Fahd A Rafiq bahas arsitek negara Indonesia menuju kelas dunia dengan belajar efisiensi ala Donald Trump. Efisiensi dan inovasi jadi kunci utama.

BaperaNews - Ketua Umum DPP BAPERA, Fahd A Rafiq, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya membangun Indonesia sebagai "arsitek negara" yang mampu bersaing di kancah internasional.
Dalam pernyataannya pada Senin (18/10/2024), Fahd menyoroti efisiensi tata kelola pemerintahan sebagai kunci utama kesuksesan negara, seraya mengajak belajar dari keberhasilan model pemerintahan Donald Trump.
"Presiden Prabowo Subianto saat ini melakukan perbaikan besar-besaran untuk memastikan efisiensi di semua lini kementerian dan departemen. Langkah ini penting agar tata kelola negara lebih efektif," ujar Fahd di Jakarta.
Fahd menekankan bahwa manajemen negara atau "arsitek bernegara" adalah faktor utama yang membedakan negara maju dari negara miskin. Ia mencontohkan Botswana yang makmur meski bertetangga dengan Kongo yang miskin, serta Singapura yang jauh lebih maju dibandingkan Indonesia.
“Bukan lokasi atau sumber daya alam yang menentukan kekayaan sebuah negara, tetapi manajemen bernegara yang baik. Sayangnya, arsitek pembangunan nasional Indonesia masih jauh dari kelas dunia," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa pejabat publik di Indonesia sering kali tidak dipilih berdasarkan merit sistem, melainkan karena faktor non-kapasitas. "Kita butuh pemimpin yang inovatif, agresif, dan berpengetahuan luas untuk membawa perubahan," lanjut Fahd.
Baca Juga : Ketum DPP BAPERA Kisahkan Awal Penemuan Minyak di Iran, Konflik, dan Peran CIA
Fahd A Rafiq memuji langkah efisiensi pemerintahan Amerika Serikat di era Donald Trump. "Kabinet Trump dikenal dengan pendekatan efisiensi dan pertumbuhan.
Amerika hanya memiliki 15 departemen dengan anggaran USD 6,7 triliun, sedangkan Indonesia memiliki 48 kementerian dengan anggaran hanya USD 200 miliar. Ini menunjukkan ketimpangan yang besar dalam efisiensi," paparnya.
Ia juga menyoroti peran figur seperti Elon Musk dan Vivek Ramaswamy yang diangkat oleh Trump untuk memimpin inovasi di Amerika.
"Elon Musk dengan ciri khasnya yang fokus pada efisiensi berhasil mengubah Twitter menjadi perusahaan yang sangat menguntungkan hanya dengan 20% karyawan. Bayangkan jika pendekatan ini diterapkan dalam pemerintahan kita," tambah Fahd.
Fahd mengungkapkan bahwa pemerintahan Trump mendirikan Departemen Efisiensi Pemerintahan (Department of Government Efficiency) yang berfokus pada pemangkasan birokrasi dan penghematan anggaran. Departemen ini diharapkan menciptakan sistem anggaran yang mampu menghasilkan pendapatan lebih besar daripada pengeluaran.
"Departemen ini adalah proyek besar yang bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia. Jika diterapkan, efisiensi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan mengurangi beban pajak masyarakat," jelasnya.
Menurut Fahd, Indonesia perlu berfokus pada dua hal: peningkatan pendidikan dan kebebasan berpendapat.
"Rakyat Indonesia harus diberikan kebebasan berpikir dan bertindak tanpa banyak batasan birokrasi. UMKM, yang menjadi tulang punggung perekonomian, juga harus didukung dengan kebijakan yang memudahkan mereka berkembang," katanya.
Ia menutup dengan optimisme bahwa Indonesia dapat belajar dari negara-negara maju untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang efisien.
"Sebagai arsitek negara, kita harus berani meniru model keberhasilan negara lain untuk membangun Indonesia menuju kelas dunia," pungkasnya.
Penulis : ASW