Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Sebut Masyarakat Indonesia Miskin tetap Bahagia

Hasto Wardoyo dari BKKBN mengungkap bahwa meskipun masyarakat Indonesia menghadapi tantangan ekonomi, tingkat kebahagiaan mereka tetap tinggi menurut pengukuran iBangga.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Sebut Masyarakat Indonesia Miskin tetap Bahagia
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Sebut Masyarakat Indonesia Miskin tetap Bahagia. Gambar: Dok.Gesuri.id

BaperaNews - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengungkapkan bahwa meskipun masyarakat Indonesia menghadapi tantangan ekonomi, kebahagiaan tetap tinggi di kalangan mereka.

Pernyataan ini didasarkan pada hasil pengukuran Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) yang dilakukan BKKBN. Dalam laporan yang dirilis pada Jumat (19/7), Hasto menjelaskan bahwa indikator kebahagiaan masyarakat Indonesia menunjukkan angka yang signifikan meskipun tingkat kemandirian masih rendah.

Menurut Hasto, iBangga mengukur tiga indikator utama, yaitu ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan.

"Skor tertinggi dalam iBangga adalah kebahagiaan, dengan nilai 72. Sementara itu, kemandirian berada pada skor 51 dan ketenteraman sekitar 56 atau 57," ungkap Hasto.

Data ini menunjukkan bahwa meskipun masyarakat mungkin memiliki kemandirian ekonomi yang lemah, mereka tetap merasa bahagia.

Hasto menjelaskan bahwa kemandirian ekonomi yang lemah tidak menghalangi kebahagiaan masyarakat.

"Kenyataannya, meskipun miskin, masyarakat masih bisa bersyukur dan tidak merasa sedih," katanya.

Baca Juga: BKKBN Menargetkan Tiap Keluarga Punya 1 Anak Perempuan Imbas Angka Kelahiran Turun

Hasto menambahkan bahwa faktor kebahagiaan ini berhubungan erat dengan aspek kehidupan sosial, seperti kehidupan berkomunitas, gotong royong, serta kegiatan rekreasi dan komunikasi.

Lebih lanjut, Hasto membahas tiga indikator iBangga yang dijadikan acuan dalam pengukuran. Pertama adalah ketenteraman, yang mencakup faktor-faktor seperti status pernikahan dan kepemilikan dokumen legal.

"Indeks ketenteraman dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perceraian. Pasangan suami istri yang memiliki akta nikah biasanya memiliki skor ketenteraman yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki dokumen legal," jelasnya.

Kemandirian ekonomi adalah indikator kedua yang dinilai dalam iBangga. Hasto mengungkapkan bahwa kemandirian berhubungan dengan faktor ekonomi dan sejauh mana seseorang atau keluarga dapat mengelola dan memenuhi kebutuhan hidup mereka secara mandiri.

"Skor kemandirian masih cukup rendah, yang menunjukkan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh banyak keluarga miskin di Indonesia," katanya.

Indikator ketiga adalah kebahagiaan, yang diukur melalui aktivitas sosial seperti berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong dan berkomunikasi dengan orang lain.

"Kebahagiaan ini sering kali tampak meskipun ada tantangan ekonomi, seperti dalam kegiatan ronda malam atau saat bergotong royong di desa," ujar Hasto.

Baca Juga: Kepala BKKBN Imbau untuk Hemat Biaya Prewedding Bagi Calon Pengantin