Kasus Joki Vaksin 16 Kali, Bagaimana Dampaknya Bagi Kesehatan
Abdul Rahim seseorang yang mengaku telah disuntik vaksin sebanyak 16 kali dan menjadi joki vaksin untuk 14 orang, bagaimana dampaknya bagi kesehatan ? Ketua KIPI Hendra Irawan berikan penjelasan tentang hal tersebut.
BaperaNews - Abdul Rahim (49) seorang warga dari Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan mengaku telah disuntik vaksin Covid19 sebanyak 16 kali dan telah menjadi joki vaksin untuk 14 orang. Ia mengungkap dalam sebuah video durasi 31 detik yang kini viral di Instagram dan media sosial lainnya.
“Saya sudah jadi joki vaksin buat 14 orang, suntikan yang saya terima sudah 16 kali” kata Abdul Rahim di video tersebut. Dia juga menjelaskan alasannya menjadi joki vaksin untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ia mengaku kurang dalam kondisi ekonominya, ia bekerja sebagai kuli bangunan sehingga butuh uang tambahan untuk keseharian.
“Upah sekali vaksin saya dapat Rp 100 – 800 ribu” tambah Abdul Rahim di video yang sama.
Ketua KIPI (Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Hindra Irawan mengatakan tidak ada efek bahaya untuk tubuh seseorang yang hanya divaksin atau menjadi joki vaksin. “Kita lihat bersama, dia nggak papa ya, nggak berbahaya, kalau mungkin ada dampak seperti sakit atau lainnya pasti dia juga gak mau disuntik berkali-kali, lagi pula vaksin yang masuk akan sia-sia karena antibodi sudah terbentuk setelah 2 kali vaksin” kata Hindra Irawan.
Hindra Irawan mengatakan antibody akan turun setelah enam bulan menerima vaksin, sebab itu dianjurkan untuk memberi booster atau suntikan ketiga setelah 6 bulan vaksin Covid19. Menurutnya yang bahaya justru orang yang memakai jasa joki vaksin tersebut, sebab mereka punya sertifikat vaksin dan bisa bebas bepergian padahal aslinya belum divaksin.
“Jadi malah pemakai joki vaksin itu yang bahaya, bohong dan bisa menularkan virus ke orang lain” tambah Hindra Irawan.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Sri Rezeki Ketua Indonesian Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI), ia mengungkap kejadian seperti ini belum ada literature, masih diobservasi Kementerian Kesehatan.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Iris juga menjelaskan bahaya vaksin melebihi dosis yakni bisa menyebabkan autoimun “bahaya itu, hatinya bisa rusak karena kelebihan antibodi, akhirnyanya jadi autoimun karena antibodi diaktivasi terus, lama kelamaan antibodinya menyerang tubuhnya sendiri” kata Prof. Iris.
“Sebab itu vaksin ada rentang waktu dan jumlahnya, tidak asal, ketetapan itu harus dipatuhi kalau mau kesehatan terjaga” tambah Prof. Iris.
Seperti diketahui Abdul Rahim menjadi joki vaksin dengan membawa KTP pemakai jasanya ke lokasi vaksin, mirisnya petugas tidak memperhatikan wajahnya sehingga ia terus disuntik vaksin hingga 16 kali dalam waktu 3 bulan.
Karena aksi ini Kementrian Kesehatan meminta petugas untuk lebih memperkuat proses vaksinasi, yakni benar-benar memperhatikan identitas penerima vaksin antara fisik dan wajahnya dengan data KTP yang dibawa agar kejadian seperti ini tak berulang yang bisa membahayakan kesehatan banyak jiwa.